Kamis, 28 Mei 2015

Pasta Terakhir ( 6 )




Pasta terakhir


“Kata temen-temen disini juga enak!!” jelasku perlahan.
Raut wajah kakak kembali datar.
“Meskipun tempatnya baru!”
Kakak mulai terlihat tak fokus, terbukti dengan tangannya yang beberapa kali salah menekan kunci sehingga alarm mobil terus berbunyi dan berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitar tempat parkir.
“Kak!” aku meraih kunci mobil dari tangan kakak.
Kakak terhenyak dan sadar.                    
“Ini restoran Italy yang aku ceritain!” aku menarik kakak untuk segera beralih dari tempat parkir.
Aku merasakan tangan kakak gemetar, wajahnya kini terlihat pucat. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya, tatapannya kosong. Caraku dengan  membawa kakak kembali ke restoran Italy seperti ini pasti mengembalikan sepenuhnya semua bayangan Bang Icha, tapi harus kulakukan karena aku ingin kakak kembali. Kakak tetap harus melanjutkan hidup dan mengikhlaskan Bang Icha yang telah berada di alam keabadian untuk menjadi masa lalu.
“Kak!”
Kakak kembali diam.
“Satu suap aja!” rayuku.
Kakak masih diam tak bergeming.
Jantungku berdebar kencang, aku takut gagal lagi mengembalikan senyum kakak. Tapi tiba-tiba bibir tipis kakak bergetar sambil menghembuskan nafasnya.
“Untuk terakhir kalinya ya, De!” ancam kakak sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arahku (lagi).
“Oke!” jawabku senang dengan mengacungkan jempol.
Lalu kakak melahap satu suapan Ravioli Pasta tiga rasa yang telah dipesan.
Aku menundukkan kepala, memejamkan mata dan berdo’a, aku takut gagal lagi, gagal lagi untuk mengembalikan senyum kakak. Tapi…
“Untuk terakhir kalinya!!!” ucap kakak lagi.
Aku langsung menengadah.
Kakak kembali memakan Ravioli Pasta yang ada di hadapannya dengan senyum mengembang.


***

-    dee jp - 


Tidak ada komentar: