Sekarang
satu per satu mulai saling berrebut cerita. Menceritakan bagaimana susahnya
mencari perlengkapan ospek, termasuk susahnya mencerna kata-kata yang digunakan
para senior dalam list barang-barang ospek. Meminjam istilah-istilah yang lazim
dan tidak lazim digunakan, sesuai dengan
bidang keilmuan masing-masing.
Barang
persyaratan kelompok dan barang persyaratan pribadi harus benar-benar
dipisahkan, karena bisa menjadi celah panitia ospek untuk memberi hukuman kalau
sampai salah mencerna. Aneh, memang sebuah keharusan dalam memberikan
persyaratan ospek. Menyebalkan saat dijalani, tapi menggelikan setelah semuanya
berlalu.
“Tapi
dari fase ospek ini, kalian akan bisa belajar banyak hal!”
“Belajar??”
“Ya…”
“Belajar
apa?”
“Waktu
Kak Ellen diospek kayak gimana emang?”
“Ospek
kalian hari ini sih nggak ada apa-apanya dibanding waktu saya diospek!”
“Wah?”
“Serius?”
“Iya!”
“Beneran,
Kak?”
“Dengerin
senior kalian cerita tenang masa-masa ospeknya!” sambung Bang Atar sambil
cecengiran.
“Hehe…”
“Uji
nyali ya, Len?”
“Sport
jantung!!!”
“Haha….
Makanya sekarang agak ‘bebal’…”
“Hah?!!!”
“Harus
melalui ospek dulu makanya ya, Len?”
“Enjoy
the process!!!”
Bang
Atar langsung tertawa.
Ketujuh
mahasiswa baru yang mulai menikmati pesanan makan siangnya, tetap tidak dapat
menutupi ekspresi rasa penasaran terhadap cerita ospekku. Bang Atar hanya
tersenyum, aku, tidak bisa tidak untuk segera mulai bercerita.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar