Fiksi
selanjutnya, aku belum tahu. Tapi melihat ekspresi rekan-rekan kerjaku yang
ku-‘hadiahi’ cerita Nyalak, adrenalinku terpacu untuk terus membuat fiksi di
Morning Compass.
Sepeninggal
rekan-rekan kerjaku di meja bundar, aku sejenak ingin memejamkan mata. Tapi
begitu mataku baru akan terpejam, tiba-tiba konsep cerita datang secara
bergerombol. Aku tidak bisa menahannya, karena sekali aku tahan, bisa hilang
semua konsep yang muncul begitu saja secara tiba-tiba. Lari secepat mungkin,
aku harus langsung menuliskannya.
Tapi
sebelum aku meng-eja-wan-tah-kan-nya ke dalam bentuk tulisan, ide jailku muncul
begitu melihat Bram sedang serius dengan pekerjaannya. Perlahan, sedikit
berdehm aku membetulkan suaraku. Kakiku melangkah jinjit, sampai tepat berada
di belakang Bram.
“Braaaammmm…”
“Argh!”
Di
luar dugaan, Bram langsung berteriak.
“Hahahaaaa…”
“Len!!!”
Bram lalu mengusap tengkuknya “Nggak lucu ah pake suara-suara kayak di film
horror gitu!!!”
“Hahahaaa…”
“Udah
sana balik kerja…”
“Dahhhh…”
“Eh…
Len! Len!”
“Apa?”
“Kamu
serius soal ‘Can’t stop writing’ dan ‘words can’t stop run and run, running in
my head’?… Itu beneran?”
“Beneran…”
“But
you love it?”
“Haha…”
“Kok
ketawa sih, Bram?”
“Cahyo…
Cahyo… ‘But you love it’, itu tuh… Istilah saya, Bramantyo yang gagah ini buat
ngeledekin Si Ellen… Ngeledek tahu nggak ngeledek??!”
“Serius?”
“Serius…
”
“Terus?”
“I
don’t know… I just can’t stop writing, words can’t stop running in my head… ”
“???“
“Tapi kamu sudah bisa melewatinya, Len!”
“Iya, aku sudah melewatinya… ”
Bram
hanya tersenyum.
“Terus?”
“Terus
ya udahhh… Jalani saja… Tinggal melanjutkan hidup! Se-simple itu aja
jawabannya…”
“Nggak
peduli orang bilang apa?”
“Spekulasi?
Salah persepsi? Atau opini?… Karena ada Yang Maha Tahu tentang keseluruhan
cerita yang terjadi, denganku, dengan ‘dunia’-ku, dengan “ospek”, tentang yang
meng-“ospek”… Apa pun yang terjadi hari ini, kemarin atau besok, kenapa seperti
ini dan kenapa seperti itu, semua sudah ada yang Maha Mengatur dan Maha Merencanakan…
Serahkan saja… Lalu kita akan kuat dengan sendirinya dan menjadi ringan menjalaninya
kalau menjadikan hal itu sebagai pegangan dalam hidup, itu saja!“
Bram
menoleh padaku sambil tersenyum.
“Jalan
aja udah jalan… He he he…”
“Se-simple
itu aja?”
“Iya…”
“Hah? Terus?”
“Just
write!!!”.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar