Sabtu, 16 Mei 2015

Nyalak ( 9 )




Fiksi selanjutnya, aku belum tahu. Tapi melihat ekspresi rekan-rekan kerjaku yang ku-‘hadiahi’ cerita Nyalak, adrenalinku terpacu untuk terus membuat fiksi di Morning Compass.
Sepeninggal rekan-rekan kerjaku di meja bundar, aku sejenak ingin memejamkan mata. Tapi begitu mataku baru akan terpejam, tiba-tiba konsep cerita datang secara bergerombol. Aku tidak bisa menahannya, karena sekali aku tahan, bisa hilang semua konsep yang muncul begitu saja secara tiba-tiba. Lari secepat mungkin, aku harus langsung menuliskannya.
Tapi sebelum aku meng-eja-wan-tah-kan-nya ke dalam bentuk tulisan, ide jailku muncul begitu melihat Bram sedang serius dengan pekerjaannya. Perlahan, sedikit berdehm aku membetulkan suaraku. Kakiku melangkah jinjit, sampai tepat berada di belakang Bram.
“Braaaammmm…”                                                                   
“Argh!”
Di luar dugaan, Bram langsung berteriak.
“Hahahaaaa…”
“Len!!!” Bram lalu mengusap tengkuknya “Nggak lucu ah pake suara-suara kayak di film horror gitu!!!”
“Hahahaaa…”
“Udah sana balik kerja…”
“Dahhhh…”
“Eh… Len! Len!”
“Apa?”
“Kamu serius soal ‘Can’t stop writing’ dan ‘words can’t stop run and run, running in my head’?… Itu beneran?”
“Beneran…”
“But you love it?”
“Haha…”
“Kok ketawa sih, Bram?”
“Cahyo… Cahyo… ‘But you love it’, itu tuh… Istilah saya, Bramantyo yang gagah ini buat ngeledekin Si Ellen… Ngeledek tahu nggak ngeledek??!”
“Serius?”
“Serius… ”
“Terus?”
“I don’t know… I just can’t stop writing, words can’t stop running in my head… ”
“???“
 “Tapi kamu sudah bisa melewatinya, Len!”             
 “Iya, aku sudah melewatinya… ”
Bram hanya tersenyum.
 “Terus?”
“Terus ya udahhh… Jalani saja… Tinggal melanjutkan hidup! Se-simple itu aja jawabannya…”
“Nggak peduli orang bilang apa?”
“Spekulasi? Salah persepsi? Atau opini?… Karena ada Yang Maha Tahu tentang keseluruhan cerita yang terjadi, denganku, dengan ‘dunia’-ku, dengan “ospek”, tentang yang meng-“ospek”… Apa pun yang terjadi hari ini, kemarin atau besok, kenapa seperti ini dan kenapa seperti itu, semua sudah ada yang Maha Mengatur dan Maha Merencanakan… Serahkan saja… Lalu kita akan kuat dengan sendirinya dan menjadi ringan menjalaninya kalau menjadikan hal itu sebagai pegangan dalam hidup, itu saja!“
Bram menoleh padaku sambil tersenyum.
“Jalan aja udah jalan… He he he…”
“Se-simple itu aja?”
“Iya…”
 “Hah? Terus?”
“Just write!!!”.


***

-    dee jp - 


Tidak ada komentar: