“Kamu nggak denger apa-apa selama jalan malam
itu?” tanya Silly serius.
“Denger apa emang?”
“Kamu sempet ngerasa ada hal yang aneh nggak
selama di kamar?”
“Aneh?”
“Iya aneh, Alya!” Gege terdengar sedikit
meninggikan suaranya.
Aku mengernyit, berusaha mengingat.
Mulutku berhenti mengunyah, aku menutup dus
kecil berisikan brem yang sejak tadi membuatku tak bisa konsentrasi menangkap
arah pembicaraan kelima temanku ini.
Memoriku kembali ke saat pertama rombongan
sekolah tiba di hotel, saat guru membagikan kunci kamar. Pertama aku masuk
kamar hingga berbagi tempat. Giliran menggunakan kamar mandi. Perjalanan
bolak-balik malam itu dengan Lutfi, makan malam di hotel, jajan di angkringan,
makan sate, belanja oleh-oleh.
Tapi rasanya belum ada sesuatu yang tertangkap
dan terasa aneh selama itu. Entah aku yang kurang peka, tapi aku merasa belum
tahu kemana arah pembicaraan kelima temanku ini.
“Ada apa
sih?”
Bisma terdengar menghembuskan nafasnya lagi
“Nyalak itu kamar yang selama belasan tahun ini tidak pernah lagi digunakan!”
“Ohhh… Kenapa emang?”
“Belasan tahun lalu, seorang wanita bunuh diri
di kamar itu!”
“Katanya dia menggantung diri di kamar mandi,
tepat di bawah ventilasi setengah kaca es!” tambah Silly.
“Banyak tukang becak bilang, sejak saat polisi
mengambil mayat wanita itu, kamar nyalak tak pernah lagi dibuka!” sambung Gege.
“Serius???” aku langsung mencengkram ujung
kemeja Bisma.
“Kita yang pertama, Al!”.
Aku langsung diam sambil kembali berusaha
mengingat semua kejadian selama berada di kamar hotel, mulai dari ketibaan
hingga kepulangan tadi sore.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar