Rabu, 06 Mei 2015

“Ospek” Universitas Kota Tua ( 7 )




Selesai makan siang, ketujuh mahasiswa baru yang duduk satu meja denganku segera berpamitan. Ospek masih akan berlanjut hingga menjelang petang. Tidak boleh terlambat berkumpul di aula ‘ospek’, karena selalu ada pengumuman sebagai persyaratan hari berikutnya dan pengumuman tugas yang harus dikerjakan hari itu juga.
“Selama ‘ospek’-nya hanya dalam bentuk kata dan kalimat… Itu masih bisa diberi toleransi!”
“Dan pada akhirnya cukup kita jawab dengan senyum saja…”
Bang Atar hanya tersenyum dan menganggukkan kepala “Tapi terkadang tergantung mahasiswanya juga…”
“Maksudnya?”                                      
“Karena ada juga mahasiswa yang tidak mempan, kan? Dia tetap kokoh saja, cuek menjalani ospek… Karena yakin, ospek pasti akan berlalu! Dan dengan datarnya bilang ‘Itu maksudnya saya? Sory ya, abis saya nggak ngerasa kayak gitu sih soalnya!…’ Gitu, Len!”
“Yahhhh…”
Bang Atar hanya kembali tersenyum.
“Jangan mencaci, jangan mencela… Lakukan sanggahan yang lebih baik!!!”
“Kutipan film?”
“Kutipan dari salah satu penulis favoritku!”
Bang Atar hanya tetap tersenyum.
“Ospek itu emang perlu ya kayaknya, Bang?”
“Untuk melatih mental…”
“Pijakan untuk melangkah ke tahapan hidup selanjutnya?”
“Right!!!” jawab Bang Atar “Karena selepas ospek, mental justru malah jauh lebih kuat untuk terus melangkah ke tahapan berikutnya!!!”
“Jadi, yaaa jalani saja…”
“Then, Life must go on!!!”
“Life must go on!!!.
Selesai sedikit kembali berceloteh dan tertawa, Bang Atar langsung merapikan seragam dan baretnya. Terdengar aba-aba kalau ospek akan berlanjut, Bang Atar pun mempercepat pamit untuk melanjutkan tugas.
“Good luck untuk liputan mahasiswa-mahasiswa baru yang lagi pada disopek ini, Len! Kamu udah pengalaman diospek soalnya hahaa… Jadi lebih tahu bagaimana harus ambil sikap dan kasih saran ke semua mahasiswa baru itu…”
“Haha…  Semoga… Makasih, Bang!”.


***

-    dee jp - 




Tidak ada komentar: