Bang
Atar sudah kembali mengawal berjalannya ospek dan peserta ospek sudah kembali ke
tempat semula. Aku masih juga belum tahu bagian mana yang akan dijadikan
sebagai permulaan untuk ospek kali ini, aku hanya tahu seluruh penjuru tempat
berlangsungnya ospek harus aku pelajari.
Gerbang
tempat awal pemeriksaan semua perlengkapan peserta. Kemudian lapangan, aula,
tangga, portal, masing-masing gedung. Semua merupakan bahan untuk melengkapi naskah
liputan.
Teriakan
dan bentak-bentak sudah dimulai sejak gerbang, tempat senior menggojlok bisa di
aula dan bisa juga di lapangan. Sebagian ada tempat yang digunakan senior untuk
melatih fisik dengan push-up atau lari di tempat. Hingga tempat peserta dipecah
dari kelompok masing-masing, tempat masing-masing peserta diuji nyali satu per
satu.
Termasuk
panitia ospek, aku telusuri. Jumlah panitia ospek yang ternyata jauh lebih
sedikit dibanding peserta ospek, suasana dan pengawas ospek. Pembimbing dari
berbagai bidang keilmuan ikut juga mengawal berlangsungnya ospek, sebagian
mengarahkan, sebagian hanya memantau.
Beda
tempat, beda panitia, beda tugas. Bagian medis, bagian peralatan, bagian konsumsi,
bagian membentak, bagian menguji dengan tulisan, bagian mengompori, bagian mengayomi,
bagian melatih fisik. Semua bagian ada di tempat ospek ini, seperti layaknya
miniatur kehidupan.
Baru
aku akan mengabadikan beberapa mahasiswa baru yang terkena hukuman karena terlambat
berkumpul, tiba-tiba seorang laki-laki yang mengenakan jas almamater dan
menutupi sebagian wajahnya dengan masker menyenggolku.
“Maaf,
Kak!”
“Iya
nggak apa-apa!”
“Ngeliput
ospek ya, Kak?”
“Iya…
Kamu panitia?”
Dia
menganggukkan kepalanya lalu membuka maskernya “Saya Adrian, ketua panitia!”
“Ketua
panitia?”
“Iya…
Saya mau keliling universitas, mastiin nggak ada yang ‘diluar rencana’!”
“Diluar rencana?”
Dia
tersenyum.
“Ahhhh
yaa…!”
“Kalo
gitu saya permisi…”
“Eh
bentar… Selesai jam berapa?”
“Setelah
jam enam sore paling, Kak!”
“Saya
Renata Ellen dari Morning Compass, ini kartu nama saya! Bisa bantu saya untuk melengkapi
liputan ospek anak-anak baru ini?”
“Ohhh…
Iya-iya boleh, Kak!”
“Jangan
dijadikan ajang balas dendam ya ngospeknya!”
“Hahaaa…
Nggak kok, Kak!”
“Sebagai
salah satu senior, kamu juga tahu sendiri kan diospek itu rasanya kayak gimana?”
“Siap,
Kak… Tahu banget lah rasanya diospek kayak gimana!!!”
“Siiip!”.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar