Kamis, 14 Mei 2015

Nyalak ( 7 )




Semua keluar dari dalam bus dan wali kelas menjadi orang yang terakhir turun. Terhenti tepat di tengah hutan, entah berada di daerah mana. GPS tidak menyala, tak ada lampu di sekitaran. Hanya lampu dari bus saja yang menerangi sekitaran.
“Silly dan yang lainnya mana?”
“Di ujung bus sana mungkin, Al!”
“Ohh…”                                  
“Mereka turun dari pintu belakang kayaknya.”
Suasana hening, semua diam memperhatikan cahaya yang difokuskan pada kondektur bus yang sedang mengganti ban. Wali kelas sibuk memperhatikan satu per satu dari kami, memeriksa agar tidak ada yang hilang.
“Jangan sompral di tempat begini ya!” ucap wali kelas.
Tak satu pun menyahut, hingga ban selesai diganti.
“Bannya sudah selesai diganti anak-anak, silahkan segera kembali ke dalam bus!” ucap kondektur bus penuh senyum dan semangat.
“Yeeeee!”
“Hush!”
Beberapa temanku yang sempat berteriak spontan langsung menutup mulutnya.
Sementara menunggu antrian, aku tak henti mencari keempat temanku yang lainnya dan tanganku masih belum lepas dari lengan Bisma. Ketika lampu senter yang dibawa wali kelas menyorot ke belakang, mataku berhasil menangkap Silly, Sienna, Gege dan Kafka. Spontan aku langsung menarik tangan Bisma untuk beralih ke pintu bus yang satunya.
Bisma mengikutiku saja, antrian pintu belakang lebih sedikit dibanding antrian pintu depan. Tak lama setelah berdiri di belakang keempat temanku, terakhir giliranku naik kembali ke bus. Tangan Bisma menarikku, kaki kananku kuangkat pertama kali untuk naik.
“Al!” seseorang memanggilku.
Aku menoleh ke arah sumber suara setelah seluruh tubuhku terangkat ke pijakan pertama tangga naik bus.
Seorang wanita dengan rambut panjang tergerai, dengan gaun putih bersih tersenyum ke arahku sambil melambaikan tangannya lalu diikuti suara nyalak anjing.


-    Petite Histoire –
                                                                         R. Ellen

***

-    dee jp - 


Tidak ada komentar: