Semua keluar dari dalam bus dan wali kelas
menjadi orang yang terakhir turun. Terhenti tepat di tengah hutan, entah berada
di daerah mana. GPS tidak menyala, tak ada lampu di sekitaran. Hanya lampu dari
bus saja yang menerangi sekitaran.
“Silly dan yang lainnya mana?”
“Di ujung bus sana mungkin, Al!”
“Ohh…”
“Mereka turun dari pintu belakang kayaknya.”
Suasana hening, semua diam memperhatikan cahaya
yang difokuskan pada kondektur bus yang sedang mengganti ban. Wali kelas sibuk
memperhatikan satu per satu dari kami, memeriksa agar tidak ada yang hilang.
“Jangan sompral di tempat begini ya!” ucap wali
kelas.
Tak satu pun menyahut, hingga ban selesai
diganti.
“Bannya sudah selesai diganti anak-anak,
silahkan segera kembali ke dalam bus!” ucap kondektur bus penuh senyum dan
semangat.
“Yeeeee!”
“Hush!”
Beberapa temanku yang sempat berteriak spontan
langsung menutup mulutnya.
Sementara menunggu antrian, aku tak henti
mencari keempat temanku yang lainnya dan tanganku masih belum lepas dari lengan
Bisma. Ketika lampu senter yang dibawa wali kelas menyorot ke belakang, mataku
berhasil menangkap Silly, Sienna, Gege dan Kafka. Spontan aku langsung menarik
tangan Bisma untuk beralih ke pintu bus yang satunya.
Bisma mengikutiku saja, antrian pintu belakang
lebih sedikit dibanding antrian pintu depan. Tak lama setelah berdiri di
belakang keempat temanku, terakhir giliranku naik kembali ke bus. Tangan Bisma
menarikku, kaki kananku kuangkat pertama kali untuk naik.
“Al!” seseorang memanggilku.
Aku menoleh ke arah sumber suara setelah
seluruh tubuhku terangkat ke pijakan pertama tangga naik bus.
Seorang wanita dengan rambut panjang tergerai,
dengan gaun putih bersih tersenyum ke arahku sambil melambaikan tangannya lalu
diikuti suara nyalak anjing.
- Petite
Histoire –
R.
Ellen
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar