Rabu, 20 Mei 2015

Nyalak ( 11 )




“Terus… Khayalan atau imajinasi pertama dari “dunia”-ku yang aku coba mulai realisasikan ke dalam bentuk tulisan, cerita pertamaku…”
“Waktu sekolah dasar???”
“Iya…”                                 
“Kamu tulis???”
“Iya, tapi hanya untuk diri sendiri lebih tepatnya…”
“Cerita apa?”
“Jadi di cerpen pertamaku itu, sekitar kelas berapa ya… Di bawah kelas lima atau kelas empat sekolah dasar kalau tidak salah…”
“Apa?”
“Disitu ceritanya aku di dalam rumah menemukan pintu menuju ruang bawah tanah… Terus dengan berbekal sebuah lampu senter, akhirnya aku memutuskan untuk menyusuri lorongnya… Lorong bawah tanah itu sangat gelap, benar-benar gelap dan dingin… Tapi aku memutuskan untuk terus berjalan, karena aku ingin tahu lorong ini terhubung sampai mana…”
“Then?”
“Hingga akhirnya aku menemukan ujung dari lorong tersebut, ada sebuah tangga disana…”
“Terus?”
“Terus, aku naik… Di atasnya terdapat sebuah ruangan kecil, seperti rumah pohon… Karena sudah tidak lagi gelap, lampu senter pun aku matikan… Kemudian, aku membuka pintu yang ada di depanku… Dan whoaallaahh… Ruangan itu ternyata berada di dalam sebuah pohon raksasa, dengan daun yang sangat lebat…”
“Then?”
“Aku keluar dari ruangan itu… Banyak orang berlalu lalang, banyak juga anak-anak seusiaku yang sedang bermain, tapi pakaian yang mereka kenakan berbeda dengan pakaianku atau layaknya pakaian anak-anak seusiaku… Aku hanya pernah melihat pakaian-pakaian itu di dalam buku… Foto pakaian anak-anak di masa lampau… “
“Terus?”
“Setelah itu aku kembali ke rumah, aku buka buku-buku dari ruang kerja ayahku… Foto-foto masa lampau, foto anak-anak di jaman dulu, di jaman kolonial… Lalu, ruangan di depan rumah pohon tadi itu dimana???... Berhari-hari aku kembali lagi dan lagi ke ruang bawah tanah itu, menuju rumah pohon… Aku mulai bertemu dan berkenalan dengan anak-anak seusiaku disana… Kami mulai bermain, bercanda… Tapi aku tidak bisa mengajak teman-temanku yang lain, tidak bisa mengajak orang lain kesana, hanya aku saja yang bisa keluar masuk tempat itu…”
“Terus?”
“Udah!”
“Sampe situ aja ceritanya?”
“Iya, nggak selesai… Aku juga lupa bukunya ada dimana… Mungkin sudah dibuang… Dan sejak saat itu, aku mulai berusaha menyembunyikan “dunia”-ku itu…”
“Kenapa?”
“Karena takut, takut dengan anggapan orang, orang lain pasti akan menganggapku aneh… Meski dengan “dunia”-ku itu… aku jadi tidak pernah merasa sendiri… ”
“???”.


***

-    dee jp - 


Tidak ada komentar: