“Dulu
Nenek bekerja sebagai tukang masak…”
“Sudah
dapat dipastikan!”
Nek
Sumi tersenyum “Dan kamu tahu? Salah satu kutipan favorit Nenek dengan teman-teman
tentang pekerjaan ini?”
Aku
hanya menggelengkan kepala.
“Memasak
adalah pekerjaan kami, tapi hal yang paling tidak ingin kami lakukan setelah
pulang bekerja, adalah memasak…”
“Hahaaa…”
“Kamu
mengerti?”
“Tentu
saja…”
Nek
Sumi tersenyum sambil lanjut menyerahkan sayuran segar yang harus dikupas dan
dipotong-potong.
Melihat
cara Nek Sumi memasak, dia memang tukang masak profesional. Setahuku, melihat
seseorang profesional atau tidak-nya dalam memasak, salah satunya adalah dengan
caranya menggunakan pisau. Nek Sumi memotong sayuran sangat cepat dan rapih dengan
jeda yang terdengar sangat beraturan.
“Jangan
buat Nenek mengulang pekerjaanmu, Len!”
Aku
tersenyum dengan sindiran Nek Sumi.
“Kupas
kentang dengan rapih… Jangan biarkan kulitnya tersisa atau jangan terlalu tebal
mengupasnya… Potong dengan ukuran yang sudah Nenek contohkan!”
“Okkeee!”.
Nek
Sumi telah menyelesaikan lebih dari tiga pekerjaan, sedangkan aku, mengupas
kentang saja masih belum selesai setengah dari jumlah seluruh kentang yang
harus dikupas. Terlihat jelas, perbedaan amatir dan profesional. Tapi ini menu
pilihanku untuk makan siang, aku harus bantu menyelesaikannya.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar