Kamis, 16 April 2015

Tirta Sumijoyo ( 5 )



“Dulu Nenek bekerja sebagai tukang masak…”
“Sudah dapat dipastikan!”
Nek Sumi tersenyum “Dan kamu tahu? Salah satu kutipan favorit Nenek dengan teman-teman tentang pekerjaan ini?”
Aku hanya menggelengkan kepala.
“Memasak adalah pekerjaan kami, tapi hal yang paling tidak ingin kami lakukan setelah pulang bekerja, adalah memasak…”
“Hahaaa…”       
“Kamu mengerti?”
“Tentu saja…”
Nek Sumi tersenyum sambil lanjut menyerahkan sayuran segar yang harus dikupas dan dipotong-potong.
Melihat cara Nek Sumi memasak, dia memang tukang masak profesional. Setahuku, melihat seseorang profesional atau tidak-nya dalam memasak, salah satunya adalah dengan caranya menggunakan pisau. Nek Sumi memotong sayuran sangat cepat dan rapih dengan jeda yang terdengar sangat beraturan.
“Jangan buat Nenek mengulang pekerjaanmu, Len!”
Aku tersenyum dengan sindiran Nek Sumi.
“Kupas kentang dengan rapih… Jangan biarkan kulitnya tersisa atau jangan terlalu tebal mengupasnya… Potong dengan ukuran yang sudah Nenek contohkan!”
“Okkeee!”.
Nek Sumi telah menyelesaikan lebih dari tiga pekerjaan, sedangkan aku, mengupas kentang saja masih belum selesai setengah dari jumlah seluruh kentang yang harus dikupas. Terlihat jelas, perbedaan amatir dan profesional. Tapi ini menu pilihanku untuk makan siang, aku harus bantu menyelesaikannya.


***

-    dee jp - 



Tidak ada komentar: