Masih
banyak yang harus kupelajari tentang Kota Tua, mendengar cerita-cerita Camilla,
aku malu sendiri. Kalau dihitung-hitung, lima persen pun aku belum sampai.
Sedangkan Camilla, dia tahu banyak dan tahu persis tentang seluk beluk Kota Tua.
Mulai dari sejarah hingga ‘jalan tikus’ sebagai jalur alternatif ketika jalur
utama tidak boleh dilalui.
“Dulu
aku pun sekolah bahasa…”
“Oiyah?”
“Ya,
sama denganmu…”
Aku
hanya tersenyum.
“Aku
ingin sekali menjadi editor…”
“Kau
ambil kelas itu?”
Dia
mengangguk.
“Tapi?”
“Blurb
dan sinopsis saja, hingga sekarang aku masih tidak bisa membedakan…”
“Hahaaa…
Aku pun begitu…”
“Oiyah?”
“Ya,
aku juga pernah ikut tes editor!”
“Lalu?”
“Hingga
aku akhirnya menemukan ‘dunia’ dan ‘nyawa’-ku disini, tapi harus melalui tes
editor yang gagal dulu hari itu…!”
“Kecewa?”
“Saat
itu iya…”
Camilla
mengangguk-angguk “Jalan hidup tidak selalu mulus seperti yang kita inginkan?”
“Ya…
Tapi akhirnya aku bisa benar-benar memahami pembenaran akan pernyataan itu…”
“Pemahaman akan semakin kuat jika didasari
pengalaman!”
Aku
menoleh penuh penasaran.
Camilla
tersenyum “Analoginya seperti… Hari ini kamu harus berlari mengelilingi
lapangan sepakbola. Bahkan mungkin harus lari lebih dari sepuluh putaran…
Tumbang di tengah jalan, kelelahan, haus, pusing, ingin menyerah begitu saja…”
Aku
tersenyum.
“Tapi
ketika keesokan harinya, kamu harus mengelilingi lapangan bulutangkis… Kamu akan merasa jauh lebih ringan!”
Aku
menganggukkan kepala tanda setuju.
“Sebagai
perempuan pemandu wisata, semuanya tidak semudah seperti yang kamu lihat hari
ini, Len!”
“Maksudmu?”
“Beberapa
pekerjaanku sebelumnya, sering hanya ‘dipandang sebelah mata’… Dianggap tidak
memiliki masa depan dan dianggap rendah… Aku dicibir, dihina… Bahkan dihujat, diasingkan,
hingga difitnah…”
“Ahhh…
Bercanda?”
Camilla
menggelengkan kepalanya “Hingga pada suatu hari, akhirnya aku benar-benar harus
merasakan berada di titik nol… “
“Then?”
“Tapi
dari sana aku bisa melihat semuanya… Aku bisa melihat semua hal… Melihat hal
yang selama ini tidak terlihat… Termasuk menjadikan jelas hal yang selama ini
terlihat, tapi samar… Aku benar-benar bisa melihatnya dengan jelas, melihat
semua hal dengan sangat jelas…”
“Maksudmu?”
Camilla
memutar globe yang ada di atas meja ruangan utama museum lalu tersenyum ke
arahku.
“Ya?”
“Tapi
justru ketika beranjak dari sana lah, akhirnya aku bisa menjadi diriku sendiri…
Tidak perlu lagi menjadi orang lain, hanya karena takut terlihat beda…”
“Pengalaman
adalah guru yang terbaik?”
“Jangan
pernah takut untuk berada di titik ini!” jawab Camilla sambil tersenyum.
“Itu
point pentingnya?”
“Akan
kita lanjutkan perjalanan ke sisi lain Kota Tua?”
“Dengan
cerita yang lain?”
Camilla
mengangguk dengan senyumnya.
“Jangan
tunggu hingga matahari terbenam!”.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar