Minggu, 05 April 2015

A letter to Watson



Salah satu film favorit yang selalu ditonton, mengingatkan akan kebersamaan dengan orang yang takkan pernah lekang oleh waktu. Kalimat yang selalu terlontar hanyalah “Aku Holmes dan kamu Watson!”, tapi “Tidak, aku yang Holmes dan kamu yang Watson!”.
Semua berubah seiring berjalannya waktu, meski entah siapa yang berubah. Tapi sejauh apa pun perubahan itu, tetap lah menjadi bagian dari orang-orang yang takkan pernah lekang oleh waktu.
“Kenapa, Len?”
“Hmh?”
“Ada kenangan yang tak terlupakan dalam film ini?”
“Like a journey to find ‘Adler’…”
Asty mengernyit, memandangku tajam penuh tanya.
“Chicken cream soup with mushroom akan menjadi pilihan yang tepat? Aku masih kedinginan, Ac di dalam tadi dinginnya agak keterlaluan…”
Asty tersenyum dan menganggukkan kepalanya sambil menarik tanganku “Minggu depan kita nonton lagi ya, Len?”
“Ada film baru lagi?”
“Film favoritku!”
“Okee!”
Asty memegang erat tanganku untuk menyebrang jalan. Tanpa harus menoleh, dia sudah tahu kalau aku akan lebih memilih dimarahi Pak Polisi daripada harus menyebrang dengan menggunakan jembatan penyebrangan.
“Eh… Cuti kemaren kemana aja ama Si Bram dan Axel?” tanya Asty begitu sampai di ujung jalan untuk menyebrang.
Aku tak kuat menahan tawa karena langsung teringat cerita khayalan Axel sewaktu kecil menjadi power ranger.


***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: