Selasa, 21 April 2015

Tirta Sumijoyo ( 10 )

“Kopiiii…”
Tirta tersenyum, tapi matanya tak lagi berkedip sebelah. Mungkin karena tadi diomeli Nek Sumi, atau karakter aslinya memang yang ini. Sedangkan tadi, Tirta hanya senang membercandai Nek Sumi.
Aku meletakkan kopi satu per satu, tidak boleh sampai tertukar karena tidak semua kopi memakai gula. Selagi asap masih mengepul, jangan buat cangkir kopimu menunggu.
“Tutup sebelah pintu ke teras belakang, Tirta!” pinta Nek Sumi.
“Jangan!”
“Kenapa?”
Kakek Arthur tersenyum “Bau tanah yang tersiram air hujan, merupakan kebahagiaan kecil untukku…”
“Boleh aku menyela?”
Ketiganya lalu menoleh padaku.
“Aku juga sangat menyukai bau tanah yang baru tersiram air hujan…”
“Bau yang sangat khas, bukan?”
Aku mengangguk setuju.
“Jadi jangan biarkan kopi ini dingin!” Tirta mengaduk kembali cangkir kopinya.
Nek Sumi hanya tersenyum.
Dan aku mulai menyeruput kopi hitamku, sambil menikmati udara segar dari halaman belakang.
Flat ini ternyata memiliki halaman belakang yang luas, halaman belakang yang tidak semua penghuni flat bisa melihatnya. Hanya penghuni lantai satu yang memiliki akses ke halaman belakang, dengan kata lain, hanya pemilik flat yang memiliki akses ke tempat ini. Karena tidak ada jendela yang menghadap ke belakang, jadi penghuni lantai dua sampai empat tidak memiliki akses ke tempat ini.
Tadinya aku pikir bangunan flat ini tepat ber-belakangan dengan bangunan lainnya, karena itu hanya memiliki jendela yang menghadap ke halaman depan. Tapi ternyata tidak, itu hanya trik yang digunakan di bangunan ini. Entah dengan flat-flat lainnya, hanya saja, semua bangunan flat di blok ini memang memiliki bentuk bangunan dan halaman depan yang serupa.
“Hanya ada jendela yang menghadap ke halaman depan?”
“Hmh?”
Tirta tersenyum.
“Jangan bilang… kamu memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang?”
“Hahaaa…”
“Karena aku mempercayai itu!”
Tirta hanya kembali tertawa, kemudian mengajakku duduk di ruang tengah, meninggalkan Nek Sumi dan Kakek Arthur yang mulai mendiskusikan soal menata ulang halaman belakang.


***

-    dee jp - 



Tidak ada komentar: