“Aku ingatkan sekali lagi, hari ini keluargamu
bisa dengan gagah tertawa di depan
keluargaku… Tapi dibalik semua itu, semua saksi dan bukti kejahatanmu sudah ada
di pihakku!!!”
“Juliettt…”
“Kita lihat, seberapa besar nyalimu untuk
mengakui semua kejahatanmu itu di depan keluargamu sendiri!!!”
“Juliet!!!”
“Tapi aku yakin, kau tidak akan pernah mampu
mengakui kejahatan yang telah kau lakukan terhadapku, kan?”
“Juliet, aku…”
“Aku sudah cukup tahu sebesar apa nyalimu untuk
mengakui semua kejahatanmu!“
“Aku…”
“Nyalimu, tidak lebih besar dari butiran merica
yang telah ditumbuk halus lalu terkena hembusan angin… Seperti itu nyalimu,
Romeo!!!”
“Juliet!!! Maafkan aku!!!”
“Nyalimu hanya sebatas mampu untuk menutupi
kejahatanmu dengan menggunakan kesalahan orang lain!!!”
“Aku
minta maaf!!!”
“Berani kau mengakui semua kejahatanmu itu di
depan Montagues, keluargamu itu???”
“Aku…”
“Yakin keluargamu masih bisa tertawa dengan gagah
di depan keluargaku kalau kau mengakui semua kejahatanmu itu???”
“Ampun, Juliet! Maafkan aku!!!”
“Kartu As-mu juga sudah terbuka, Romeo!!!”
“Jangan lakukan itu, Juliet!!!”
“Kita lihat, apa kau masih punya nyali untuk mengakui
semua kejahatanmu terhadapku???”
“Tidak, Juliet! Jangan!!! Aku mohon!!!”
“Tapi tidak perlu… Aku tidak perlu mengeluarkan
kartu As-mu… Karena, aku sudah tahu seberapa besar nyalimu, Romeo!!!”
“Juliettt… Aku… Maaf…”
“Aku tetap menutupi kejahatan yang kau lakukan,
karena aku sudah cukup tahu, sebesar apa nyalimu untuk mengakui kejahatan yang
telah kau lakukan terhadapku… Sebesar apa nyalimu untuk mengakui kejahatanmu itu
di depan keluargamu sendiri… Montagues!!!”
“Juliet, tidak… Aku…”
“Biar hari ini keluargamu tertawa,
menyalahkanku… membenciku… Tapi, apa kau yakin hal itu masih bisa terjadi,
kalau kau mengakui semua kejahatanmu terhadapku???”
“Juliettt, aku mohon! Maafkan aku!!! Jangan
lakukan itu!!!”
“Aku turut prihatin dengan nyalimu, Romeo!!!”.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar