Akhirnya
aku bekerja sebagai
jurnalis, setelah
selama hampir setengah tahun pasca lulus
universitas harus bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan asing. Bukan
aku tidak mensyukuri pekerjaan ini, tapi bagiku merupakan sebuah siksaan berat
harus bekerja di balik meja sejak pagi hingga sore. Meski kulitku menjadi
terlihat lebih putih karena tidak tersengat matahari saat bekerja, meski
kemana-mana antar jemput mobil perusahaan, tapi ini sungguh siksaan berat
bagiku. Cukup setengah tahun ini saja, hingga akhirnya surat pengunduran diriku
diterima dengan baik oleh pimpinan perusahaan.
Aku
diterima di surat kabar lokal di sebuah kota kecil, kota kecil di sebelah utara
kota tempatku tinggal saat ini. Kota kecil bernama Kota Tua, kota yang masih asing bagiku. Karena tidak
banyak yang aku tahu tentang
Kota Tua ini,
kecuali letak wilayah dan sejarah
museum-museumnya
saja. Tapi hal-hal yang
tidak diketahui itu yang justru selalu menjadi sesuatu yang sangat menarik
bagiku, jadi tidak ada alasan untuk tidak segera menginjakkan kaki di Kota Tua.
***
Di
Kota Tua aku menyewa sebuah kamar
kecil di lantai dua
sebuah flat
tua berlantai empat. Harganya lumayan murah, karena sewa bulanan flat ini sudah termasuk biaya listrik, air dan sampah.
Aku pun tidak perlu membawa perabotan rumah karena flat yang kusewa sudah
lengkap.
Pemilik flat
ini adalah nenek paruh baya
janda veteran yang meninggal tertembak sekutu. Tapi
ketika aku mengatakan seorang nenek paruh baya, jangan pernah membayangkan
kalau kondisinya benar-benar seperti seorang nenek yang sudah bungkuk dan
diladeni pembantu. Karena Nek Sumi, begitu panggilannya, dia sangat sehat. Kegiatan
berkebun di halaman belakang pun masih dilakoninya, membersihkan rumah,
memasak, pergi ke pasar dan segala kegiatan yang selalu dilakoni orang muda.
Nek
Sumi memiliki
tiga orang anak, ketiganya tinggal di luar negeri. Dua
ikut suaminya setelah menikah,
sedangkan anak bungsunya sedang
menyelesaikan pendidikan S-2
di Kanada.
Aku
sempat bertemu dengan anak bungsu Nek Sumi, tepat ketika dia sedang
berpamitan untuk kembali ke Kanada. Hari itu aku datang untuk memberikan
kepastian mengenai flat Nek Sumi yang akan kusewa. Mungkin lebih tepatnya bukan
bertemu, tapi hanya berpapasan saja.
Tirta namanya. Tinggi, berbadan tegap dan berkulit putih dengan mata sipit. Lengkapnya Tirta berwajah
oriental, sangat
mirip dengan Nek Sumi. Dia hanya menganggukkan kepala ketika berpapasan
denganku, sedikit mengangkat ujung bibirnya untuk memberi senyum. Aku hanya
membalas dengan gerakan yang sama, menghormati sapaan orang asing yang baru
saja berpapasan denganku. Sejak saat itu, Tirta tak pernah terlihat lagi di
flat ini.
Nek Sumi
tinggal di lantai paling bawah
atau lantai dasar dari bangunan
flat,
aku tinggal di lantai dua. Sedangkan orang yang
tinggal di lantai tiga, Nek Sumi bilang adalah
seorang pegawai bank swasta dari ibukota
bernama Adli.
Dia tinggi, kurus, berkulit putih
dengan rambut sedikit ikal.
Nek Sumi pun tidak terlalu banyak berbicara dengannya, dia selalu pulang
tengah malam. Kecuali ketika
pagi telat berangkat kerja, maka Nek Sumi akan
satu bis dengannya, itu pun hanya sedikit berbincang
basa-basi saat memilih tempat duduk.
Lalu terakhir
orang yang tinggal di lantai paling atas atau di lantai
empat, namanya Atar.
Dia pelatih beladiri bagi tentara-tentara baru yang masih dalam pelatihan. Atar tinggal di lantai empat bersama
istrinya, Meta nama istrinya. Kata Nek Sumi mereka pasangan baru, karena
sebelumnya Atar tinggal sendiri di flat milik Nek Sumi.
Meta,
istri Atar. Nek Sumi bilang dia bekerja sebagai pengajar di playgroup atau
pendidikan anak usia dini. Kata Nek Sumi lagi, dari cara Meta berbicara saja
nanti aku akan tahu kenapa Meta memilih pekerjaan sebagai pengajar anak-anak
usia dini. Aku harap begitu, aku harap bisa segera bertemu dengannya.
Itulah
tetangga-tetanggaku
kini. Mulai dari Nek Sumi di
lantai dasar. Adli si pegawai bank di lantai tiga, hingga pasangan muda di
lantai empat. Aku sendiri di lantai dua… dan mulai hari ini, aku
akan memulai hidup baruku
disini sebagai jurnalis, bukan lagi sebagai seorang sekretaris.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar