Mungkin ini
hari terakhirku menginjakkan kaki di rumah yang telah memberiku banyak kenangan
dengan kedua orang tuaku. Mungkin juga ini hanya sementara, kelak aku mungkin
akan kembali berada bersama semua kenangan itu, kembali beriringan. Meski aku
tidak tahu kapan kelak itu akan datang, kelak yang akan membuatku kembali
berada di tempat ini bersama kenangan masa kecilku, masa remajaku, masa sulit
dan masa senang dengan ayah dan ibu.
“Aku harus
segera berkemas!”
“Berkemas?”
“Yap!” jawabku
diiringi anggukan.
“Yakin
tidak akan kembali?”
Kugelengkan
kepala.
“Kenapa?”
“Entahlah,
aku hanya merasa tidak yakin akan bertahan dalam situasi seperti saat ini!”
“Maksudmu?”
“Aku harus
melanjutkan pendidikanku, aku harus melanjutkan kehidupanku. Terlalu banyak
yang harus aku korbankan jika aku tetap memaksakan diri untuk bertahan seorang
diri!”
“Meski kamu
harus mengorbankan diri kamu?”
Aku
tersenyum mendengar pernyataan polosnya.
“Kau
korbankan dirimu?”
“Hanya ego
untuk tetap tinggal di rumah ini yang aku korbankan, tidak lebih.”
“Benarkah?”
Kuanggukan
kepalaku sambil tersenyum geli.
“Lalu?”
“Lalu apa?
Tidak ada hal lain lagi yang kukorbankan, bukan?”
“Kau
sengaja meninggalkanku?”
Kurekahkan
senyum “Karena kau akan selalu ikut bersamaku kemana pun aku pergi!”
“Benarkah?”
“Sepanjang
hidupku!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar