Senin, 26 Januari 2015

Girls Top Secret ( 3 )



“Tell her!”
Mataku memelototi Kak Meta.
“Tentu aku yakin, Len!”
“Ada yang terlewatkan?” Nek Sumi tersenyum.
Bukan ragu untuk mulai bercerita, tapi aku sedikit bingung harus mulai dari mana menceritakannya. Nek Sumi berbeda dengan Kak Meta, tentu saja aku harus menggunakan cara dan kata-kata yang berbeda pula. Tidak hanya faktor usia, tapi faktor kedekatan memiliki pengaruh juga.
Aku mulai terbata-bata, Kak Meta dan Nek Sumi terlihat gemas memandangiku. Baru akan mulai berbicara, aku langsung ‘huuhhh!’, ‘fiuhh’ dan ‘emmm’. Akhirnya aku hanya kembali melanjutkan sisa salad di mangkuk dan air jeruk yang telah kembali diisi ulang.
“Harus aku, Len?”
“No!”
Nek Sumi dan Kak Meta langsung tertawa.
Akhirnya aku bercerita juga, menceritakan kembali ke saat pertemuanku dengan Abizar. Menceritakan semua yang terjadi selama pertemuan itu, menceritakan gerak-gerik dan bahasa tubuh Abizar, kata-kata yang keluar dari mulut Abizar dan semua hal sampai tak ada lagi yang tersisa.
Jujur saja, pertemuan dengan Abizar hari itu memang ‘cukup’ menghambat aktivitas dan pekerjaanku. Karena itu aku terkadang ‘benci’ ada dalam situasi seperti ini, tapi hal-hal seperti ini tentu saja akan terjadi secara alami pada setiap individu.
“You’re falling in love, darling!”
“No, I’m not!”
“Your eyes!” tambah Nek Sumi “You can’t lie!”.
Kak Meta tersenyum.
“Dia sahabatku, Nek!”
“Kamu sudah mengatakannya tadi!”
“Abizar pasti sudah sangat memahami hal-hal seperti itu, Len!” tambah Kak Meta sambil mengambil sosis bakar kembali.
“Let me tell you something, my little girl!” Nek Sumi lalu merubah posisi duduknya sambil menuang kentang dari mangkuk besar ke piringnya.
Mata Kak Meta terlihat jauh lebih antusias.
“Pertama, apa yang sebetulnya kamu pikirkan saat Abizar mengatakan ‘stop pretending’ dan ‘kamu memikirkan hal yang sama denganku’… apa yang terpikir olehmu, Len?”
“Perasaanku dan Abizar…”
“Perasaan apa?”
“Perasaan yang lebih dari sekedar sahabat…”
“Lalu?”
Aku memandang bingung.
“Ada hal lain yang terpikir olehmu selain hanya tentang perasaan di pertemuan pertama itu?”
“Tidak ada…”
“Hanya soal perasaan yang kamu pikirkan, Len?” sergah Kak Meta.
Aku hanya mengangguk sambil melanjutkan ke sosis bakar ronde ketiga. Tanpa sadar, aku sudah mengambil sosis ketiga ternyata. But it’s oke, toh semua makanan ini disajikan memang untuk dimakan bukan? Bukan untuk disisakan! Tapi hanya alibiku  saja... tentu saja, karena ini sudah sosis ketiga.
Kak Meta menaruh kembali gelasnya “Hanya soal perasaan yang saat itu terpikir olehmu?”
“Memang apalagi?” tanyaku bingung setelah melahap potongan pertama sosis ketiga.
Kak Meta dan Nek Sumi saling pandang penuh senyum.
“Lalu kenapa waktu itu kamu mengatakan ‘jangan berpikir terlalu jauh?’ padaku, Len?”
“Tentu saja tidak mungkin aku dan Abizar langsung pacaran atau jadian layaknya anak-anak muda.... Apalagi katakan cinta… Ahahaaaa… sungguh Abg sekali… ”
Nek Sumi dan Kak Meta kembali saling lempar senyum.
Namun baru akan melanjutkan curhatanku, Pak Pos tiba dengan banyak kiriman. Terpaksa aku, Nek Sumi dan Kak Meta harus berhenti sejenak. Apa boleh buat, tinggal melanjutkan kembali mangkuk salad yang tampaknya sudah mulai kosong dan meraung-raung kembali meminta untuk isi ulang.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: