Seorang
wanita paruh baya yang tak kenal lelah, untuk pertama kalinya aku melihat
wanita setangguh itu di usianya yang sudah tak lagi muda. Semangat yang tak
pernah pudar setiap kali keringat membasahi keningnya, karena setiap kali itu
pula dia melap keringat itu dan kembali melanjutkan pekerjaan yang telah dimulainya.
Aku
menyukai semangat itu, semangat yang berbanding terbalik dengan usia.
“Ellen?”
“Nek?”
“Bekerja?”
“Hari
pertama!”
“Good
Luck!”
“Thank
u!”
“Have
a good day, dear!”
Aku
hanya sempat membalas ucapan nenek yang pagi ini mengenakan topi bundar dan
sweater rajutan berwarna cokelat dengan lambaian tangan saja, karena bus di halte depan flat akan segera
berangkat. Gigitan terakhir roti selai kacang sebagai sarapan pagi ini, kulahap
sekaligus agar tangan kiriku bisa membantu menyeimbangkan tubuhku untuk segera
berlari.
“Di
belakang masih ada yang kosong!” ucap sopir bus dengan ramah dari balik kemudi.
Aku
hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala, nafasku masih sedikit
terengah-engah meski hanya untuk mengucapkan terima kasih.
“Ke
belakang saja terus!”
“Hah?”
Tangan
kanan sopir bus memberi isyarat agar aku terus ke jok di barisan belakang “Di
belakang masih banyak jok yang kosong!”
“Iya!”
jawabku singkat.
Mataku
pun seketika menunjuk ke jok paling belakang.
“Ini
kosong?” tanyaku singkat pada penumpang di jok depannya.
“Ya!”
“Ya,
terima kasih!”
Penumpang
tersebut hanya tersenyum dan mengangguk.
Oke,
ini akan menjadi perjalanan pertama yang menyenangkan. Kukira begitu, tapi
memang harus begitu.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar