Selasa, 27 Januari 2015

Girls Top Secret ( 4 )



Banyak surat yang Nek Sumi terima, tidak semua ditujukan padanya. Sebagian untuk Bang Adli dan sisanya untukku. Selintas saja kubaca surat-surat yang ditujukan padaku, semua dari surat kabar yang… yang aku masih hutang naskah.
Aku sudah bisa menebak isi suratnya, satu kalimat seragam dari para redaktur adalah “Mana cerita selanjutnya, Renata Elleeennaa?!!!”. Aku tahu, karena setiap kali aku lupa mengirim naskah pasti aku mendapat surat ‘teguran’ seperti itu.    
“Oke, kita lanjutkan!!!” Kak Meta mengawali kembali obrolan tadi jauh lebih antuasias.
“Mengenai tempat ‘rapih’ itu?” mata Nek Sumi mengarah tajam meminta penjelasan Kak Meta.
“Tentu saja tempat itu adalah hati…”
“Lalu kenapa mengatakan Abizar sebagai pria yang lebih memilih untuk mempertahankan etika??”
Kak Meta tersenyum.
Kali ini aku ikut memandang Kak Meta dengan sorot tajam.
 “Menurut kamu, Len?”
“Waktu itu pun aku balik tanya kan, Kak?”
Kak Meta tersenyum “Abizar tahu efek ke depannya akan seperti apa,  pemikirannya sudah jauh beberapa langkah di depan.”
“Artinya????” potongku tak sabar.
“Tentu saja, mengenai etika sahabat yang kemudian memiliki perasaan yang lebih dari sekedar sahabat.”
Aku hanya mengernyit, sedangkan Nek Sumi tersenyum.
“Abizar tahu etika memperlakukan seorang sahabat perempuan,..”
“Lalu?”
Nek Sumi hanya tetap tersenyum.
“Dia tidak mungkin bercanda dengan bertindak mengkerucutkan pembicaraan ke hal yang kemudian saat itu terpikir olehmu, Len!”
Aku masih hanya mengernyit dan berharap Kak Meta tidak memotong-motong penjelasannya.
“Dia tahu etikanya, jadi dia saat itu tidak segera menanyakan langsung tentang statusmu, siapa orang yang sekarang dekat denganmu… Abizar pun tidak langsung mengatakan tentang statusnya saat itu…”
“Itu hanya tebakan Kak Meta saja?”
“Kalau di awal dia langsung bertanya tentang hal-hal seperti itu, sudah bisa diartikan dia tidak memikirkan efek selanjutnya untuk persahabatan kalian…”
“Tahu dari mana?”
“Dari awal ceritamu, tidak satu kalimat pun yang terlontar mengenai hal-hal itu kan, Ellenku sayang?”
Aku diam sambil mengingat-ingat semua obrolanku dan Abizar hari itu.
“Bukan begitu, Nek?”
Nek Sumi mengangguk dan tersenyum sambil meneguk air putihya.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: