Selasa, 13 Januari 2015

Black Pearl (Part 3)



Dia berbeda sekarang, tak lagi pakai celana jeans yang lututnya sobek dengan kemeja kotak-kotak plus ransel yang… kupikir aku akan muat kalau masuk di dalamnya. Hari ini dia adalah Abi yang seorang psikolog, dengan kemeja rapi dan celana jeans yang tak lagi sobek di lutut. Wangi parfumnya masih sama seperti ini memang, tapi Abi, bukan lagi Abi yang dulu.
“Kamu beda sekarang, Len!”
“Beda?”
“Ya!”
“Re-na-ta El-len!”
“Jangan sok misterius lah!”
“Hari ini kita sudah tidak memakai celana jeans belel plus kemeja kotak-kotak lagi, Len!”
“Lalu?”
Abi hanya tersenyum.
“Abizar???”
“Kita bukan lagi mahasiswa, Len!”
“Terus?”
“Kita sudah ‘ber-profesi’ sekarang!”
“Bi?”
“Stop pretending, Len!”
“Okkeee!”
“Kamu memikirkan hal yang sama denganku, kan?”
Aku tersenyum dengan pernyataannya.
“Isn’t, it?” Abi tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
“I give up!”
“Untuk pertama kalinya aku bisa menebak ‘labirin pikiranmu’ yang ‘bercabang’ itu!!!”
“Harusnya tidak!!!”
“Hahaaaa… 1-0 yah!”
Aku dan Abi mengalihkan kembali dialog-dialog singkat ini ke pekerjaan yang masih belum juga selesai. Abi mengeluarkan file berisikan tumpukan kertas, aku tidak tahu isinya apa, tapi yang pasti file itu tidak berisikan cerpen atau laporan hasil liputan seperti milikku. Mungkin data klien, data hasil riset, data… entahlah, data penting bagi Abi sebagai psikolog pastinya.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: