Selasa, 20 Januari 2015

Flat 345 ( Bag. 4 )



Rei, aku selalu merasa nyaman diskusi dengannya soal pekerjaan. Terutama soal naskah fiksi, nyambung aja khayalan yang kemudian dituang menjadi tulisan. Mungkin, aku dan Rei ada di ‘dunia’ yang sama dalam hal penulisan naskah fiksi. Tapi tidak mungkin selamanya akan terus seperti ini dengan Rei, karena tidak pernah ada yang abadi.
“Lalu kenapa tidak pernah memberi kabar sama sekali, Len?”
“Belum sempat, liput…”
“Meski hanya berupa pesan singkat?”
“Reii… Ayolah, kita sudah harus mulai fokus dengan masa depan!”
Alis kanan Rei terangkat.
“Kita butuh pengalaman lain…”
“Cukup logis…”
“Emmm…”
Rei tersenyum “Kamu adalah orang yang akan mengalami kesulitan kalau harus melakukan aktivitas yang sama untuk waktu yang lama…”
“Rutinitas…”
“Karena kamu selalu suka sesuatu yang baru. Datar, bukan hidup namanya bagimu!”
“Lalu?”
“Kamu bisa ‘gila’ kalau harus melakukan hal atau kegiatan yang sama terus-menerus…”
Aku tersenyum.
“Meski jadi jurnalis akan membuat kulitmu hitam?”
“Tapi setiap hari akan menjadi cerita dan berita yang berbeda!”
Kak Meta beberapa kali menggelengkan kepala mendengarkan aku dan Rei berbicara bak anak kecil, saling lempar ejekan.
Mungkin karena pengaruh fans dan novel fiksi Rei yang telah terbit lebih dari satu, novel fiksi yang berisi kekonyolannya sehari-hari. Ditambah latar belakang dan lingkungan yang ikut membentuk karakter Rei tetap seperti itu.
Rei masih tetap seperti Rei yang kukenal, masih sama seperti dulu. Rei yang cuek, santai, blak-blakan dan tidak terlalu banyak mikir. 
“Hidup dan masa depan, bahasamu itu loh, Leennn!!!”
“Tapi iya, kan?”
“Iya sih!”
“So?”
“Cuma ya santai aja kali, Len!”
“Santai banget malah sekarang… Menikmati semua yang ada sekarang…”
Rei tersenyum.
“Playgroup tempatku bekerja beberapa minggu lagi butuh orang untuk menjadi pendongeng di acara akhir semester!” potong Kak Meta.
“Pendongeng?”
“Iya, Len. Tiap akhir semester selalu ada acara bebas selama satu pekan, isinya macem-macem. Ada cooking class, story telling atau mendongeng, menggambar atau melukis, games,… ”
“Seru tuh!!” Rei antusias.
“Gimana?”
Aku dan Rei tersenyum.
“Akhir bulan depan???”
“Setiap orang dewasa pernah menjadi anak-anak, bukan?” ucapku dan Rei bersamaan sambil saling melempar senyum.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: