“Seandainya
diawali kalimat-kalimat itu, atau dia sudah langsung melontarkan kalimat-kalimat
pertanyaan mengenai status, orang yang sedang dekat atau cerita dia sedang
sendiri tanpa kamu pernah bertanya daann… kalian sebelumnya adalah sahabat… “
“???”
Kak
Meta hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya “Diaa..…”
“Dia???”
Nek
Sumi tersenyum.
“Dia
tidak tahu cara menjaga persahabatan dan hati… “
“Abizar
menjagamu… Tindakannya di awal sudah mencerminkan dia telah memikirkan efek
yang akan timbul di kemudian hari…” tambah Nek Sumi.
“Dia
sudah berpikir jauh tentangmu… Dengan hanya mengkerucutkan situasi kalian
berdua cukup sampai tahu mengenai perasaan…”
“Kalau
sampai Abizar berbohong atau main-main lalu tebakan Kak Meta dan Nek Sumi
salah?” potongku.
“Di
usia kalian berdua saat ini, terlalu naif kalau sampai Abizar tidak mengerti
efek buruknya di kemudian hari!” jelas Kak Meta.
“That’s
the point?”
“Laki-laki
sejati tidak pernah mempermainkan perasaan perempuan hanya untuk kesenangannya
semata, Ellenku sayang!”
Aku
terkejut mendengar kalimat terakhir Nek Sumi.
“Dia
selalu sadar, lahir dari seorang perempuan dan kelak dia tidak ingin anak
keturunannya yang perempuan mendapat perlakukan seperti itu…”
“Oh
my… God!”
Nek
Sumi dan Kak Meta kembali saling lempar senyum.
“Kamu
harus tahu cerita dan nasehat Arthur kalau begitu…”
Kak
Meta tersenyum.
“Arthur?”
“Kakak
laki-laki nenek satu-satunya…”
“Kakek
Arthur??”
Nek
Sumi tersenyum dan mengangguk “Dia seorang arkeolog…”
“Sekarang
ada di?”
“Entah
berada di belahan bumi mana saat ini…”
“Lalu?”
“Jagung
bakar akan menjadi teman obrolan kita selanjutnya…” Nek Sumi pun berlalu dari
hadapanku dan Kak Meta.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar