Kamis, 29 Januari 2015

Girls Top Secret ( 6 )



Arthur Sumijoyo, arkeolog berusia 70 tahun. Di usianya yang sudah tidak lagi muda, masih tetap melakukan pekerjaan lintas benua. Masih berpetualang untuk mengungkap fakta sejarah masa lalu, bukan untuk mencari kebenaran akan sejarah itu sendiri.
Aku rasa menyenangkan bisa melakukan pekerjaan yang tidak perlu atau tidak pernah ada pensiunnya, seperti yang Kakek Arthur lakukan. Nek Sumi bilang, itu pilihan hidup namanya bagi Arthur. Dia melakukan hal yang dia sukai, dari sana dia mendapatkan penghidupan, jadi seumur hidupnya Arthur tidak pernah merasa bekerja.
Nek Sumi dan Kakek Arthur hanya dua bersaudara, Arthur dan Martha Sumijoyo. Kemudian Nek Sumi menyingkat nama panggilannya menjadi Nek Sumi, diambil dari nama belakangnya. Padahal tadinya kupikir Sumi itu kependekan dari Sumira atau Sumini atau Sumi yang lainnya.
“Sekarang Arthur sedang di…”
“Itu kartu pos dari Kakek Arthur?”
“Ya!” jawab Nek Sumi singkat.
Sementara Nek Sumi membaca surat-surat dan kartu pos kiriman Kakek Arthur, aku dan Kak Meta memutuskan untuk mulai membakar jagung. Cerita tentang Arthur Sumijoyo akan menjadi ‘perjalanan’ panjang yang lebih seru, setelah cerita tentang Abizar.
“Tidak membaca surat-suratmu dulu, Len?”
“Hmh?”
“Surat-suratmu?”
“Aku sudah tahu isinya seperti apa…”
“Are you sure?” Kak Meta senyum-senyum sambil mengedip-ngedipkan bulu mata lentiknya.
“Surat tagihan kelanjutan naskah…”
“O-ow! Okeee… ‘Dunia’-mu itu?”
“Hahaaaa…”
“Kamu yang olesi jagung dengan mentega, biar aku yang mengipasi baranya, Len!”
“Agar aku yang terkena asapnya, Kak?”
Kak Meta hanya tertawa kecil.

 ***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: