Aku
mulai bercerita tentang pertemuanku dengan Abi beberapa minggu yang lalu. Pertemuan
yang tak diduga dan menyenangkan. Nostal-‘gila’ masa kuliah, lalu tertawa
mengingat kekonyolan yang pernah dilakukan dulu.
“Lalu?”
Aku
mengernyit.
Kak
Meta tersenyum.
“Ayolah
Kak… Jangan mikir terlalu jauh!”
“Seandainya sudah sama-sama punya tempat yang ‘rapih’,
Len?”
“…???”
Kak
Meta tersenyum kembali “Dia pria yang lebih memilih untuk mempertahankan etika…”
“Maksud
Kak Meta?”
“Dia
tahu ada yang harus dijaga… Meski dari ceritamu aja udah bisa ditebak, Len!!!”
Aku
menggeleng.
“Kamu,
hati dan persahabatan…”
“Aku???”
Kak
Meta memandangku “Waktu akan menjawabnya, Len!”
Aku
hanya menatap Kak Meta penuh harap akan ada penjelasan selanjutnya.
“Masih
akan ada ‘konsultasi’ selanjutnya, Len?”
“Yaaaa…
Kita lihat aja nanti…”
Kak
Meta sedikit tertawa kecil.
“Udah
ah kita bahas yang lain!”
“Tuh
kaannn!!!”.
Pembicaraan
pun mulai beralih ke novel-novel yang telah kubaca. Novel-novel yang sempat
berjarak denganku, padahal sejak dulu aku tak pernah bisa hidup tanpa mereka,
baik membeli novel baru atau sewa novel lama. Tapi semenjak aku bekerja di
dunia ‘nyata’, aku jadi berjarak.
“Dunia
‘nyata’????”
“Hahaaa…”
“…????”
“Selama
beberapa bulan pasca lulus universitas, aku sempat hanya bekerja menulis cerpen
untuk beberapa surat kabar…” jelasku sambil tersenyum.
“Huuuuuhhhh…
Oke, masuk akal!”
“Memangnya
apa, Kak?”
“Cengar-cengir
aja!!!”
“Iyaaa…
Bekerja menulis cerpen atau cerita untuk beberapa surat kabar, itu kan artinya
aku bekerja di dunia ‘khayal’…”
“Lalu?”
“Kemudian
aku diterima di perusahaan asing…”
“Terus?”
“Dan
sekarang bekerja sebagai jurnalis…”
“Ya!”
“Hahaaaa…
Aku mulai berjarak dengan novel dan…”
“Ellleeennaaaaa!!!”
Aku
dan Kak Meta serempak menoleh.
“Reiiii???”
“Siapa,
Len?”
“Orang
‘gila’!”
“Len?”
Kak Meta menepuk bahuku.
“Sahabat
‘imajinasi’-ku, Kak!”
“Hah???”
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar