Senin, 02 Maret 2015

The Bell’s Palsy ( Part 4 )



“Aku akan mulai tahu kedatangannya dimulai ketika membuang ludah…”
“Membuang ludah?”
“Ya…”
“Bagaimana anda bisa tahu?”
Dia tersenyum “Air ludah yang keluar dari mulutku, tidak bisa terbuang jauh… “
“???”
“Selalu jatuh ke dagu…”
“Jatuh ke dagu?”
“Karena syaraf bibirku mulai melemah… Sekalipun hanya untuk menahan air ludah…”
“Kemudian?”
“Mulutku mulai tidak bisa menahan air ketika kumur-kumur…”
“Muncrat?”
“Iya… Selalu ada air yang keluar…”
“Kemudian?”
“Aku tak lagi bisa melakukan hal kecil yang kusenangi sejak sekolah dasar…”
“Apa itu?”
“Bersiul…” ucapnya sambil menerawang.
Aku tersenyum.
“Ketika Bell’s Palsy datang, aku tak lagi bisa bersiul…”
Aku hanya merespon pernyataannya dengan senyuman.
“Jangankan bersiul, meniup udara saja kesulitan… Karena syaraf di bibir bawah dan bibir atasku mulai melemah…”
“Prosesnya secepat itu?”
“Ya… Cepat dan tak dapat ditahan…”
“Tak dapat ditahan?”
“Setelah bibir, pasti akan terus berlanjut ke tahapan berikutnya…”
“Tidak bisa dihentikan sampai beberapa tahapan awal?”
Dia mengangguk.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: