Tidak
ada yang lebih menyenangkan dalam bekerja, selain mendapat libur di hari yang
sama dengan rekan satu pekerjaan. Bisa menyusuri, menceritakan dan melakukan
banyak hal. Tanpa perlu dikejar tenggat waktu, dikejar naskah yang ditunggu di
meja pimpinan redaksi.
Tempat-tempat
baru selalu menjadi hal yang menarik bagiku, begitu juga dengan kedua partner
ter-dahsyat dalam meliput. Siapa lagi kalau bukan Bramantyo dan Axel. Menjadikan
hal-hal konyol sebagai bahan tertawaan, untuk menyegarkan pikiran pasca liputan
berat. Satu hal yang sangat mampu menyatukan kami bertiga, kopi.
Pencair
suasana, pemersatu cerita, dalam situasi apapun dan dalam bentuk apapun, di
mana pun. Kopi apa saja, manis atau pahit, dingin atau hangat, tidak menjadi
masalah untuk kami bertiga. Selama ada kopi, selama itu pula ‘diskusi’ kami
bertiga akan sulit dihentikan.
Tapi
kali ini tidak, bukan kopi yang menyatukan cerita konyol aku dan kedua rekan
kerjaku ini. Cemilan sehat yang menjadi pemersatu kami, meski sebetulnya tidak
semua cemilan sehat. Beberapa diantaranya cemilan sehat dan sisanya tidak. Dan, tentu saja
jenis cemilan sehat masih tetap kalah jumlah dibanding cemilan tidak sehat.
“Menurut
kamu, pertunjukkan drama Capulet versus Montague kemaren gimana?”
Aku
melirik Axel karena mulutku masih dipenuhi keripik kentang.
“Keren!”
jawab Axel singkat.
“Kamu,
Len?”
“Nggak
keren!”
“Wah???”
“Serius???”
“Tapi
keren banget!”
“Huuu!!!”
“Yahhh!!!”
“Hehe…
Baru tahu loh di Kota Tua ada gedung pertunjukkan!”
“Searching
dong makanya, buat nambah referensi pengetahuan umum, jangan berita politik aja
yang dicari… Sekali-sekali seni juga perlu dibaca sejarahnya!”
“Iya-iya…
Tahun berapa sih gedung pertunjukkan itu dibangun?”
“Setahuku
sihh dari sekitar awal abad 19…”
“Really???”
“Yap!”
“Sering
ya pertunjukkan kayak kemaren gitu?”
“Yaaa…
Setahun masih bisa dihitung jari lah!”
“Sponsor
sih ya?”
“Salah
satunya…”
“Berat
sih kalo cerita kayak kemaren!”
“Iya
juga sih…!”
“Bagian
mana yang paling kamu suka dalam Capulet versus Montague kemaren, Len?”
“Bagian
akhirnya paling aku suka…”
“Bagian
akhir?”
“Yang
mana?”
“Dialog-dialog
terakhir Juliet ke Romeo…”
Bram
dan Axel saling pandang lalu menoleh bingung kepadaku “Dialog yang mana?”
“Masa
nggak inget?”.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar