Minggu, 15 Maret 2015

Siluman Hitam, Ulat Gendut & Anak Nelayan ( 1 )



Setiap orang dewasa pernah menjadi anak-anak, tapi tak mudah bagiku menceritakannya kembali. Apalagi harus membuat cerita khayalan,  cerita yang penuh imajinasi, cerita atau dongeng untuk anak-anak. Benar-benar tidak mudah, karena harus sangat selektif menentukan jalan cerita dan memilih kata-kata.
“Jangan kebanyakan mikir!” Rei menepuk pundakku.
“Argh!”
“Hahaaa…”
“Ceritamu mana?”
“Hahaaa…”
“Berhenti tertawa, Rei!!!”
“Pada saat Rallen menanyakan ‘mana ceritamu?’…”
“Apa?”
“Itu pertanda seorang Rallena belum menuliskan apa-apa untuk ceritanya….”
“Hahaaa…”
“Sekarang kamu yang tertawa?”
“Iyyyaaaa kamu menang, Reiii…”
“Aku memang selalu menang!”
“Argh!”
“Menyebalkan!”
“Reiiiiii….”
“Hahaaa… Kata ‘menyebalkan’ kan yang ingin kau katakan padaku, Nona Rallen?”
“Ellena, Rallena, Rallen… Semua saja kamu sebut?”
“Aku senang mengganti-ganti namamu…”
“Aku bukan tokoh fiksimu, Reiii…”
“Menurutmu?”
“Apa aku sebegitu meng-inspirasi-mu, Rei?”
“Argh!”
“Menyebalkan!”
“Elleennaaa…”
“Hahaa… Kata ‘menyebalkan’ kan yang ingin katakan padaku, Tuan Anrei?”
“Haha…”
“Aku menang?”
“Kita seri!!!”
“Shake hand?”
“Hahaaa… Baiklahhhh…”.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: