Senin, 16 Maret 2015

Siluman Hitam, Ulat Gendut & Anak Nelayan ( 2 )



Rei fokus dengan naskahnya, aku masih belum ada ide. Selama menulis naskah fiksi, aku belum pernah menulis cerita anak-anak. Rei, dia berpengalaman membuat cerita anak-anak. Karena itu labirin pikirannya berjalan ‘mulus’, mengalir tanpa tersendat.
“Masih belum terpikir juga?”
Aku hanya menggelengkan kepala.
“Payah benar kamu kali ini…”
“Apa boleh buat…”                      
“Lalu?”
“Entahlah…”
“Coba kamu perhatikan sekitar, biasanya kan ide datang dari mana saja…  Masa kamu mau menyerah begitu saja?”
“Sorry… Tidak ada kata menyerah dalam kamusku!”
“That’s my girl!”
“A-ha!”
“Ellena is a Girl…”
“Argh!”
“And Ellena is My Friend…”
“Rei…”
“So, Ellena is My…”
“Jangan pernah menyatukan kedua hal itu!!!” ucapku tegas sambil mengacungkan jari telunjuk tepat hingga ke depan hidung Rei.
“Haha…”
“Karena artinya akan berbeda, Reiiiiii…”
Tawa Rei semakin menjadi-jadi.
Menyebalkan, berhari-hari mencari ide, berpikir keras tapi belum juga menemukan ide akan menulis cerita seperti apa. Aku tak mau kalah dari Rei, aku tidak suka melihatnya semakin menertawakanku hanya ditemani naskah kosong menemui Kak Meta nanti.
Semakin Rei fokus dengan naskahnya, aku malah mulai ketar-ketir. Baru aku menulis beberapa kalimat, tapi segera kuhapus karena aku tidak tahu kemana arah ceritanya.
“Sekolah Kak Meta membutuhkan story teller, kan?”
Aku hanya menganggukkan kepala.
“Lalu apa masalahmu?”
“Aku belum punya cerita untuk dibacakan, Reiii…”
“Ahhh Ellenaaa…”
“Apa?”
“Aku punyaaaa… Kenapa masih harus menguras tenaga???”
“Maksudmu?”
Rei hanya tersenyum.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: