Rabu, 18 Maret 2015

Siluman Hitam, Ulat Gendut & Anak Nelayan ( 4 )



Pada suatu hari di tepi sungai, duduklah seorang anak laki-laki di atas batu ampar berwarna hitam. Rambutnya mengembang bak sarang burung,  kedua tangannya kotor oleh tanah. Matanya yang sedikit sipit, tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.
“Hiks… Hiks… Hiks…”.                              
Anak laki-laki itu terus dan terus menangis. Kedua pipinya mulai kotor karena sesekali tangan kotornya mengusap air mata.
“Hiks… Hiks… Hiks…”.
Nafasnya mulai tersendat-sendat, matanya mulai merah. Anak laki-laki itu mulai terlihat semakin kesal, maka ia mulai melempar batu kerikil ke tengah sungai.
“Hiks… Hiks… Hiks…”
Semakin lama, anak laki-laki itu pun semakin banyak melempar batu.
“Hiks… Hiks… Hiks…”
“Argh!” tiba-tiba terdengar suara dari balik dedaunan pohon akasia di samping batu ampar.
Kemudian, muncul lah seekor ulat gendut sambil mengulat-ulat. Lalu Si Ulat Gendut itu berjalan dari balik daun untuk melihat siapa yang menimbulkan suara bising di tengah tidur siangnya.
“Ahhh Si Anak Nelayan itu lagi!!!” ucap Si Ulat Gendut.
Ulat gendut pun beranjak dari dedaunan menuju ranting, dahan dan akhirnya sampai di tangkai yang paling dekat dengan Si Anak Nelayan.
“Kamu lagi! Kamu lagi!” gerutu Si Ulat Gendut.
Sementara itu Si Anak Nelayan hanya terus saja menangis tanpa menghiraukan Si Ulat Gendut yang terbangun dari tidur siangnya yang nyenyak.
“Hiks… Hiks… Hiks…”
“Kamu kenapa lagi?” tanya Si Ulat Gendut.
“Hiks… Hiks… Hiks…”.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: