“Tahapan
selanjutnya adalah pipi…”
“Pipi?”
“Ya…
Pipiku akan mulai mati rasa juga…”
“Mati
rasa bagaimana?”
“Seperti
beku…”
“Beku?”
“Iya,
tidak bisa merasakan apa-apa… Ditampar atau dicubit sekalipun…”
“Lalu?”
“Lalu
akan seperti taruhan…”
“Taruhan?”
“Iya,
taruhan…”
“Taruhan
bagaimana?”
Dia
tersenyum.
Aku
hanya menggelengkan kepala, tanda tak mengerti.
“Bell’s
Palsy…”
“Bell’s
Palsy taruhan?”
Dia
mengangguk “Seperti taruhan, akan mengambil wajah bagian kanan atau wajah
bagian kiri untuk dilumpuhkan syaraf-syarafnya…”
Aku
hanya diam tak percaya.
“Selanjutnya,
akan membekukan otak kanan atau otak kiri… ”
“Setelah
itu?”
“Lalu
setelah itu, yang menang taruhan bisa melumpuhkan syaraf…”
“Kemudian?”
“Kemudian
pipiku mati rasa…”
“Selanjutnya?”
“Bibirku
akan mulai tak berfungsi…”
“Tak
berfungsi bagaimana?”
“Setelah
tadi tak bisa bersiul… Selanjutnya akan mulai sulit digunakan untuk
bereskpresi… Tersenyum atau terbuka
untuk makan atau saat menggosok gigi… Diangkat ujungnya sedikit saja, sangat
sulit… Karena hanya sebelah bibir saja yang berfungsi…”
“Lalu?”
“Terkadang
ada sebagian makanan yang terjatuh…”
“Kenapa?”
“Karena
bibirku pun tidak bisa lagi bekerja sama dengan otak…”
Aku
masih tak percaya tahapan-tahapan yang telah dilaluinya.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar