“Selain
Bell’s Palsy terparah, ada juga Bell’s Palsy terdekat…”
“Terdekat
bagaimana?”
“Terdekat
jarak kedatangannya…”
“Berapa
lama?”
“Tidak
lama, aku lupa tepatnya…”
“Kenapa
bisa begitu?”
“Aku
pun tidak tahu…”
“Lalu?”
“Ya
sudah…”
“Maksud
anda?”
“Kutipan
dari tulisan saudara sepupuku dalam buku-nya bahwa ‘setiap hal terjadi untuk
sebuah alasan’… Begitu pula dengan Bell’s Palsy terakhirku dengan jarak
terdekat…”
“Boleh
aku mengetahuinya?”
“Aku
tak lagi takut akan kedatangan Bell’s Palsy berkat kedatangan Bell’s Palsy
terakhirku… Ketakutan yang selama 15 tahun ini menyelimutiku, hilang begitu
saja setelah aku kedatangan Bell’s Palsy terakhir…”
“Kenapa
bisa begitu?”
“Seharusnya
aku menjadi semakin ketakutan ya, Len? Tapi justru malah sebaliknya… Bahkan
pada Bell’s Palsy terakhir, aku sampai mengalami pendarahan…”
“Benarkah?”
“Ya…
Tapi dari sana aku kehilangan rasa takutku… Aku tak lagi takut… Sekalipun suatu
hari nanti Bell’s Palsyku datang lagi…”
“Kenapa
begitu?”
“Tambahan
asupan obat terakhir yang aku makan, menyembuhkanku dari berbagai macam trauma
dan ketakutan itu…”
“Benarkah?”
“Ya…
Menumbuhkan seluruh keberanianku… Membuang semua rasa takut dan trauma…
Membuatku rileks dan lebih santai menjalani hidupku hari ini…”
“Obat
apa?”
“Karena
tambahan asupan obat terakhir yang berhasil menyembuhkan Bell’s Palsyku bukan
lagi obat-obatan kimia…”
“Tapi?”
“Strawberry!”
“Strawberry???”
Dia
mengangguk dan kembali tersenyum sambil menoleh padaku.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar