Selesai
memahami filosofi Bram kali ini, makan siang pun menjadi pilihan selanjutnya.
Ob kantor menjadi sasaran ‘incaran target operasi’ kami berlima, pesanan
makanan yang berbeda-beda mulai ditulis di sehelai kertas. Ditulis dengan
rinci, sesuai keinginan. Ob mengulangi semua pesanan setelah tertulis jelas
kemudian berlalu dengan permisi.
“Eh
mana hutang yang tadi, Bram?”
“Hutang
apa?”
“Si
Hacker kepo…”
Bram
langsung tertawa.
“Hacker
kepo???”
“Tahu
tuh Si Bram…”
“Jadi
gini… Berawal dari kasus di dunia maya yang belakangan ini saya liput dan saya
telusuri… ”
“Cyber
crime...”
“Yesss…
Jadi kesimpulannya berdasarkan hasil survey data kami-kami yang meliput dan
menelusuri kasus ini, ternyata hacker itu sebetulnya orang yang paling
menyedihkan…” jelas Bram mengawali.
“Kok
menyedihkan?”
“Iya, kenapa menyedihkan?”
“Karena
hacker itu kerjanya ngebajak akun orang lain… Ya karena kepo dengan kehidupan
orang… Baik kehidupan masa sekarang atau masa lalu…”
“Menyedihkannya
dimana, Bram?”
“Ya
menyedihkan, berarti mereka tidak punya kehidupan sendiri untuk dijalani… Kalau
tidak menyedihkan, ngapain coba ngebajak akun orang? Mereka kan bisa bikin akun
sendiri, sebagai dirinya sendiri… Lalu jalani ‘kehidupan’ sosial media mereka
sendiri… “
“Hahaaaa…”
“Menurut
hasil survey kami-kami ini… Mencuat lah sebuah penyataan dan pertanyaan ‘Sebegitu
tidak menarik-nya kah kehidupan hacker untuk dijalankan???”
“Kok
gitu?”
“Iya,
karena sampai-sampai hacker itu harus terus berusaha memikirkan orang yang akunnya
dibajak…”
“Iya
ya???”
“Menyedihkan sekali, bukan?”
“Iya
juga ya…” Aku dan Asti saling pandang membenarkan pernyataan Bram.
“Hacker
itu ternyata masih termasuk dalam kategori fans fanatik, berdasarkan hasil survey tersebut…”
“Kok
bisa?”
“Iya
dong!!!” Bram kemudian membetulkan posisi duduknya “Coba pikir, hacker itu
siang malem mikirin kita… Mikirin gimana caranya menjatuhkan kita,
menghancurkan image dan citra kita, mencari titik lemah kita sampai ke
detail-detailnya sebagai amunisi si hacker untuk menyerang si pemilik akun…”
“Haha…
Iya bener-bener, fans fanatik tuh…”
“Ahahhaa
hasil survey ya, Bram??”
“Iya,
kan?” jawab Bram dengan wajah serius.
“Tapi
Bram, caranya bisa tahu tentang keberadaan si hacker kepo dan menyedihkan itu,
gimana?”
Bram
menahan tawa lalu mengangkat pulpen.
“Pulpen???”
“Pena
itu lebih tajam dari pedang!!!” ucap Bram dengan raut misterius.
Aku,
Asty, Cahyo dan Axel kembali tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala “Pena
memang lebih tajam dari pedang!!!”.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar