Kamis, 19 Februari 2015

My Morning Compass ( 6 )

Selesai memahami filosofi Bram kali ini, makan siang pun menjadi pilihan selanjutnya. Ob kantor menjadi sasaran ‘incaran target operasi’ kami berlima, pesanan makanan yang berbeda-beda mulai ditulis di sehelai kertas. Ditulis dengan rinci, sesuai keinginan. Ob mengulangi semua pesanan setelah tertulis jelas kemudian berlalu dengan permisi.
“Eh mana hutang yang tadi, Bram?”
“Hutang apa?”
“Si Hacker kepo…”
Bram langsung tertawa.
“Hacker kepo???”
“Tahu tuh Si Bram…”
“Jadi gini… Berawal dari kasus di dunia maya yang belakangan ini saya liput dan saya telusuri… ”
“Cyber crime...”
“Yesss… Jadi kesimpulannya berdasarkan hasil survey data kami-kami yang meliput dan menelusuri kasus ini, ternyata hacker itu sebetulnya orang yang paling menyedihkan…” jelas Bram mengawali.
“Kok menyedihkan?”
 “Iya, kenapa menyedihkan?”
“Karena hacker itu kerjanya ngebajak akun orang lain… Ya karena kepo dengan kehidupan orang… Baik kehidupan masa sekarang atau masa lalu…”
“Menyedihkannya dimana, Bram?”
“Ya menyedihkan, berarti mereka tidak punya kehidupan sendiri untuk dijalani… Kalau tidak menyedihkan, ngapain coba ngebajak akun orang? Mereka kan bisa bikin akun sendiri, sebagai dirinya sendiri… Lalu jalani ‘kehidupan’ sosial media mereka sendiri… “
“Hahaaaa…”
“Menurut hasil survey kami-kami ini… Mencuat lah sebuah penyataan dan pertanyaan ‘Sebegitu tidak menarik-nya kah kehidupan hacker untuk dijalankan???”
“Kok gitu?”
“Iya, karena sampai-sampai hacker itu harus terus berusaha memikirkan orang yang akunnya dibajak…”
“Iya ya???”
 “Menyedihkan sekali, bukan?”
“Iya juga ya…” Aku dan Asti saling pandang membenarkan pernyataan Bram.
“Hacker itu ternyata masih termasuk dalam kategori fans fanatik,  berdasarkan hasil survey tersebut…”
“Kok bisa?”
“Iya dong!!!” Bram kemudian membetulkan posisi duduknya “Coba pikir, hacker itu siang malem mikirin kita… Mikirin gimana caranya menjatuhkan kita, menghancurkan image dan citra kita, mencari titik lemah kita sampai ke detail-detailnya sebagai amunisi si hacker untuk menyerang si pemilik akun…”
“Haha… Iya bener-bener, fans fanatik tuh…”
“Ahahhaa hasil survey ya, Bram??”
“Iya, kan?” jawab Bram dengan wajah serius.
“Tapi Bram, caranya bisa tahu tentang keberadaan si hacker kepo dan menyedihkan itu, gimana?”
Bram menahan tawa lalu mengangkat pulpen.
“Pulpen???”
“Pena itu lebih tajam dari pedang!!!” ucap Bram dengan raut misterius.
Aku, Asty, Cahyo dan Axel kembali tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala “Pena memang lebih tajam dari pedang!!!”.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: