Selasa, 17 Februari 2015

My Morning Compass ( 5 )



“Nih… Sekarang apa yang kalian lihat?”
“Siapa dulu?”
“Urutannya… Asty, Ellen, Cahyo dan terakhir Axel…”
“Aturannya?”
“Semua tutup kuping, sampe nanti satu-per-satu saya tepok pundaknya untuk ngomong…” jelas Bram.
“Oke!”
“Mulai ya… Asty!”
“Titik hitam…”
“Kertas putih…”
“Titik di tengah kertas…”
“Kertas putih dengan titik kecil…”
“Siippp!” ucap Bram lalu menurunkan kertas tersebut.
Aku, Asty, Cahyo dan Axel mengernyit dan berharap segera ada penjelasan lebih lanjut dari Bram. Namun dengan santainya Bram sengaja memperlambat kata-kata yang akan keluar, penjelasan yang biasanya, akan menjadi cerita yang selalu tak pernah tanpa makna.
Melihat empat pasang mata menyoroti, Bram pun akhirnya segera memulai petuahnya. Diawali dengan kalimat yang memiliki filosofi tanpa makna, atau mungkin aku dan ketiga orang ini yang tidak mengerti maknanya? Entahlah, tapi Bram tetap melaju dengan petuahnya.
Inti dari kertas putih itu, memiliki banyak makna menurut Bram. Hanya kertas putih padahal, tapi Bram selalu memiliki banyak peran untuk menjadikan sesuatu yang tidak memiliki makna menjadi bermakna di Morning Compass.
“Ada yang hanya fokus pada titik… Ada yang melihat kertasnya saja tanpa menghiraukan titik nya…  Ada juga yang melihat keduanya…” jelas Bram.
“Artinya???”
“Kalian masih bisa membuat kubus berwarna hijau atau kotak berwarna merah atau segitiga berwarna ungu…” tambah Bram.
“???”
“Di bagian kertas yang masih putih…” lanjut Bram sambil tersenyum.
“Iya lahhh… Kan cuma titik kecil yang baru ada di kertasnya…”
“Yesss, Asty! Itu intinya…” Bram mengacungkan jempolnya tepat di depan hidung Asty.
Axel tersenyum.
“Pada ngerti, kan???”
Aku, Asty, Cahyo dan Axel hanya tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala.
Bram pun tersenyum puas.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: