Selasa, 03 Februari 2015

Girls Top Secret ( 9 )



“Apa yang sedang kalian bicarakan?”
“Trik murahan…”
“Ohhh Marthaku sayang, berhentilah menceritakan masa mudaku…”
“Tapi gadis kecil kita ini perlu belajar dari pengalaman masa mudamu, Arthur!” Nek Sumi tersenyum.
Kakek Arthur memandangku “Tidak ada pilihan lain lagi, bukan?” lalu  duduk di sampingku sambil tersenyum.
Nek Sumi menyiapkan gelas dan piring untuk Kakek Arthur. Jagung bakar masih hangat, lalu Kak Meta mengambilkan air jeruk dan tambahan buah potong untuk salad dari dapur Nek Sumi. Kakek Arthur pun mengangguk-angguk sambil tersenyum, mau tidak mau Kakek Arthur harus bercerita.
Ingin sekali segera mendengar cerita dari Kakek Arthur, tapi tak mungkin begitu saja melemparkan banyak pertanyaan padanya. Di usianya yang sudah tak lagi muda, ahhh tapi sebagai peneliti yang tak pernah ingin pensiun, aku yakin ingatan Kakek Arthur masih sangat kuat. Badannya masih tegap, fisiknya terlihat 20 tahun lebih muda dibandingkan usianya.
“Arthur?”
“Apa? Aku harus mulai cerita dari mana untuk gadis kecil kita ini?” ucap Kakek Arthur kemudian menyeruput air jeruknya.
“Mulai saja bercerita dari langkah awal trik murahan yang dilakukan playboy kelas teri…” Nek Sumi senyum-senyum.
“Kenapa begitu?????” ucapku dan Kak Meta bersamaan.
“Karena tertangkap basah, ketahuan mempermainkan anak gadis orang di hadapan publik dan keluarganya sendiri…”
“Terus???”
“ Akan bertindak bagaimana,  Arthur?”
“Akan bilang ‘maaf’ dan ‘bercanda’…”
“Lalu?”
“Kasak-kusuk di belakang gadis itu sambil mencari suaka…”
“Untuk apa?”
“Untuk menarik simpati…”
“Agar?”
“Agar setiap orang memihakku dan membencinya…”
“Kenapa?”
“Karena saat itu kehilangan muka setelah tertangkap basah, ketahuan mempermainkan anak gadis orang di hadapan publik dan keluarganya sendiri… Ohhh… Martha kecilku, masih belum puas juga mengingatkanku tentang kejadian itu?“
“Lalu?” Nek Sumi hanya tertawa kecil.
“Aku ingin semua orang membencinya, semua kesalahan ditimpahkan padanya…”
“Untuk menutupi kesalahanmu sendiri?” ucap Nek Sumi dengan mata mendelik “See??? Jahat sekali kamu Arthur… ”
“Hari itu aku sudah benar-benar kehilangan muka, jadi aku ingin semua kesalahan ditimpahkan padanya…“
 “Memprihatinkan bukan?” sindir Nek Sumi lagi.
Aku dan Kak Meta hanya kembali tersenyum melihat Nek Sumi dan Kakek Arthur saling ‘serang’.
“Coba saja kalau tidak percaya?”
“Coba apa????” aku dan Kak Meta spontan serempak lagi mengucapkan hal yang sama, dengan nada tinggi pula.
“Respon Abizar mencerminkan predikat itu atau tidak…”
Kak Meta langsung tertawa sambil menepuk-nepuk bahuku.
“Jangan permainkan perasaan anak gadis orang, atau kelak anak gadismu yang akan dipermainkan orang… Atau cucu-cucumu yang perempuan, atau keturunan-keturunanmu yang perempuan, yang kelak akan dipermainkan orang… ” sindir Nek Sumi lagi sambil senyum-senyum.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: