“Apa
yang sedang kalian bicarakan?”
“Trik
murahan…”
“Ohhh
Marthaku sayang, berhentilah menceritakan masa mudaku…”
“Tapi
gadis kecil kita ini perlu belajar dari pengalaman masa mudamu, Arthur!” Nek
Sumi tersenyum.
Kakek
Arthur memandangku “Tidak ada pilihan lain lagi, bukan?” lalu duduk di sampingku sambil tersenyum.
Nek
Sumi menyiapkan gelas dan piring untuk Kakek Arthur. Jagung bakar masih hangat,
lalu Kak Meta mengambilkan air jeruk dan tambahan buah potong untuk salad dari
dapur Nek Sumi. Kakek Arthur pun
mengangguk-angguk sambil tersenyum, mau tidak mau Kakek Arthur harus
bercerita.
Ingin
sekali segera mendengar cerita dari Kakek Arthur, tapi tak mungkin begitu saja
melemparkan banyak pertanyaan padanya. Di usianya yang sudah tak lagi muda,
ahhh tapi sebagai peneliti yang tak pernah ingin pensiun, aku yakin ingatan
Kakek Arthur masih sangat kuat. Badannya masih tegap, fisiknya terlihat 20
tahun lebih muda dibandingkan usianya.
“Arthur?”
“Apa?
Aku harus mulai cerita dari mana untuk gadis kecil kita ini?” ucap Kakek Arthur
kemudian menyeruput air jeruknya.
“Mulai
saja bercerita dari langkah awal trik murahan yang dilakukan playboy kelas teri…”
Nek Sumi senyum-senyum.
“Kenapa
begitu?????” ucapku dan Kak Meta bersamaan.
“Karena
tertangkap basah, ketahuan mempermainkan anak gadis orang di hadapan publik dan
keluarganya sendiri…”
“Terus???”
“
Akan bertindak bagaimana, Arthur?”
“Akan
bilang ‘maaf’ dan ‘bercanda’…”
“Lalu?”
“Kasak-kusuk
di belakang gadis itu sambil mencari suaka…”
“Untuk
apa?”
“Untuk
menarik simpati…”
“Agar?”
“Agar
setiap orang memihakku dan membencinya…”
“Kenapa?”
“Karena
saat itu kehilangan muka setelah tertangkap basah, ketahuan mempermainkan anak
gadis orang di hadapan publik dan
keluarganya sendiri… Ohhh… Martha kecilku, masih belum puas juga
mengingatkanku tentang kejadian itu?“
“Lalu?”
Nek Sumi hanya tertawa kecil.
“Aku
ingin semua orang membencinya, semua kesalahan ditimpahkan padanya…”
“Untuk
menutupi kesalahanmu sendiri?” ucap Nek Sumi dengan mata mendelik “See??? Jahat
sekali kamu Arthur… ”
“Hari
itu aku sudah benar-benar kehilangan muka, jadi aku ingin semua kesalahan
ditimpahkan padanya…“
“Memprihatinkan bukan?” sindir Nek Sumi lagi.
Aku
dan Kak Meta hanya kembali tersenyum melihat Nek Sumi dan Kakek Arthur saling
‘serang’.
“Coba
saja kalau tidak percaya?”
“Coba
apa????” aku dan Kak Meta spontan serempak lagi mengucapkan hal yang sama, dengan
nada tinggi pula.
“Respon
Abizar mencerminkan predikat itu atau tidak…”
Kak
Meta langsung tertawa sambil menepuk-nepuk bahuku.
“Jangan
permainkan perasaan anak gadis orang, atau kelak anak gadismu yang akan
dipermainkan orang… Atau cucu-cucumu yang perempuan, atau keturunan-keturunanmu
yang perempuan, yang kelak akan dipermainkan orang… ” sindir Nek Sumi lagi
sambil senyum-senyum.
***
- dee jp -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar