Kamis, 05 Februari 2015

Girls Top Secret ( 10 )



“Hari itu dia mengambil resiko dengan mempertaruhkan harga dirinya, untuk memberiku pelajaran… Karena kecerobohanku, akhirnya dia bisa tahu, aku hanya main-main dengan hati dan perasaannya… Hari itu bukan dengan tangan dia menghajarku, tapi dengan tindakan yang diluar dugaanku…”
“Tindakannya itu akibat ulahmu sendiri, kan?”
“Aku tahu Marthaaa… “
“Tapi bukan masalah hati yang paling membuatnya kesal dan kecewa padamu, bukankah begitu Arthur?”
“Karena aku sahabatnya sendiri…” Kakek Arthur tersenyum simpul “Karena aku dan dia bukan orang asing yang baru kenal begitu saja dalam waktu singkat… bukan sekedar kenal atau bersahabat dalam jangka waktu satu atau dua tahun… ”
Nek Sumi tersenyum lembut “Kamu membencinya karena telah ‘menghajarmu’ dengan tindakan diluar dugaan seperti itu hanya untuk memberimu pelajaran?”
“Saat itu iya…”
“Itu juga salahmu sendiri…” ucap Nek Sumi dengan wajah sinis  “Lalu sekarang???”
“Di usiaku dan dia saat ini, 70 tahun… Masih harus aku dan dia bermusuhan mengingat masa-masa itu?”
“Maksud Kakek?”
“Kami kembali bersahabat…!”
Nek Sumi tersenyum.
“Aku sudah beranak cucu, begitu pula dia… “
“Lalu???” ucapku dan Kak Meta kembali bersamaan.
“Sekarang kami masih saling berkomunikasi, malah terkadang tertawa dan menjadikan masa-masa itu sebagai candaan… Dia menjadi sahabat terdekatku malah sampai sekarang… Partner diskusi yang paling menyenangkan yang pernah aku punya, ya dia itu orangnya…”
“Benarkah?????”
“Ya, itulah kenyataan… Terkadang kawan bisa jadi lawan dan lawan bisa jadi kawan…”
“Catet tuh, Len!”
“Hmh?”
“Referensi tulisan…”
“Story of Arthur Sumijoyo?”
Nek Sumi dan Kakek Arthur tertawa bersamaan begitu mendengar kalimat terakhirku.
“Pada akhirnya, hal-hal kecil seperti itu akan terasa pahit pada saat kita mengalaminya, gadis kecil… Tapiii… Justru pengalaman seperti itu akan sangat baik untuk masa depan kita… “ Kakek Arthur tersenyum memandangiku.
“See??? Playboy kelas teri kita yang berbicara….”
“Martha kecilku sayanggg…”
“Dia sedang mengingat-ingat kembali pengalaman hidupnya!!!” Nek Sumi sedikit menghalangi bisik-bisiknya dari Kakek Arthur dengan tangan kanannya.
Aku dan Kak Meta tersenyum geli melihat Nek Sumi dan Kakek Arthur saling lempar ejekan lagi.
“Semua pengalaman itu akan berubah menjadi manis di masa depan, kelak, pada suatu hari nanti… “
“Bagian dari kehidupan?”
“Ya kamu tahu Martha, itu point pentingnya…”
“Tapi itu hanya pengalaman yang tidak seberapa bagimu, bukan begitu Arthur?”
“Itu sangat berharga bagiku, Martha adik kecilku!!!”
“Seharusnya!!!”
“Aku tidak pernah mengulanginya lagi!!!”
Nek Sumi tersenyum “Lalu berapa lama kamu akan tinggal di flatku kali ini, Arthur?”
“Sampai kau berhenti membuatkanku sup jagung…”
Senyum Nek Sumi semakin merekah.
Tak terasa hari sudah sore. Tak ada lagi makanan yang tersisa, termasuk jagung bakar sebagai menu terakhir yang Nek Sumi sediakan. Kakek Arthur terlihat lelah setelah perjalanan panjang hingga akhirnya sampai di flat 345, apalagi begitu sampai langsung ‘ditodong’ untuk bercerita.
Aku dan Kak Meta mempersilakan Nek Sumi dan Kakek Arthur meninggalkan halaman depan Flat lebih dulu. Biar aku dan Kak Meta yang membersihkan semuanya.

***

-    dee jp -

Tidak ada komentar: