Selasa, 18 April 2017

Saudagar Cilik



Saudagar Cilik

Dea Jiwapraja

Menerapkan pola pribadi mandiri pada anak sejak usia dini, tidak hanya dalam bentuk pekerjaan rumah seperti belajar mulai merapikan tempat tidur, mencuci sepatu sendiri di akhir pekan, menyiapkan pakaian seragam atau pakaian sehari-hari sendiri setelah mandi, menyiapkan buku pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah. Tetapi, bisa juga penerapannya dalam bentuk mencari penghasilan sendiri. Tidak terkait dengan eskploitasi anak karena anak melakukan penerapannya pun harus fun dan tidak mengganggu dunia yang sesuai dengan usianya. Melainkan, menerapkan pemahaman untuk belajar menghargai hasil jerik payah sendiri sehingga belajar hemat dan tidak boros.
Hasil yang diperoleh pun, tentu akan menjadi kebahagiaan tersendiri. Karena melalui uang penghasilan tersebut, anak bisa memiliki tabungan dengan uang hasil sendiri atau membeli barang yang diinginkan dengan uang hasil kerja keras. Selain sebagai salah satu cara untuk menerapkan pola hidup mandiri dan mengajarkan anak untuk menghargai hasil kerja, dengan hasil dari keringat sendiri tersebut pun cukup mampu menumbuh kembangkan pola pikir anak untuk bersikap aktif dalam mengambil sudut pandang tidak hanya dari satu sisi.
Ada dua pilihan yang akan dihadapi anak ketika beranjak dewasa, bekerja atau membuka lapangan pekerjaan sendiri. Meski, tidak menutup kemungkinan kalau keduanya bisa dijalani bersamaan atau menyatukan keduanya. Begitu pula dengan maksud dalam menerapkan pola hidup mandiri pada anak, tidak harus selalu melalui syarat rangking, nilai ujian atau prestasi olahraga dan prestasi di bidang lainnya misalnya sebagai syarat yang harus dipenuhi ketika anak menginginkan sesuatu. Tapi, bisa juga dengan mengajarkan anak melalui perniagaan.
Dalam memulai penerapannya, tidak selalu berniaga di bidang kuliner dan bukan berarti menjuruskan anak agar senantiasa memiliki pemikiran untuk berdagang atau menjadi pedagang. Karena poin utama yang ingin diterapkan pada anak tetap jangan sampai keluar dari jalurnya yaitu menerapkan pola pikir mandiri, hemat dan belajar menghargai hasil kerja keras, seperti misalnya dalam Market Day SDIT Ibnu Khaldun, Acara-acara bazar di SMP & SMA, Koperasi Siswa (KopSis) SMA 1 Subang, dan kegiatan sejenis lainnya.
Karena tidak melulu di bidang kuliner, maka ada banyak sekali bidang yang bisa dijadikan pola penerapan untuk mengajarkan anak dalam hal ini. Misalnya, dunia menggambar, menulis dan ilmu pengetahuan. Contohnya saja di bidang menggambar, anak bisa diarahkan untuk membuat gambar yang semakin rapi dan menarik sehingga hasilnya bisa dijual dan dihargai.
Contoh di bidang lainnya, bagi anak yang lebih senang bercerita atau menulis. Meski hanya dengan modal buku tulis yang harganya tidak lebih dari lima ribu rupiah dan harga pensil atau pulpen yang harganya tidak lebih dari tiga ribu rupiah, dengan modal yang tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah maka anak bisa menjual tulisan berupa cerita atau hasil tulisan tangannya kepada teman-temannya. Lingkup yang lebih besar di kedua bidang ini yaitu menulis dan menggambar, di usia dewasa hasil karya berupa gambar dan tulisan tangan bisa disatukan dan dijual menjadi karya.
Sedangkan di bidang ilmu pengetahuan, tidak se-spesifik ketiga contoh bidang yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu kuliner, menggambar dan menulis/bercerita. Karena ada banyak bidang dalam cabang ilmu pengetahuan, seperti misalnya berdirinya Indutri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Laboratoriun penelitian hingga kini bisa dijual berbagai macam parfum, serat tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan bahan atau kain untuk membuat berbagai jenis pakaian, kulit hewan yang diproses tidak hanya bisa menjadi bahan makanan tetapi bisa juga menjadi bahan pakaian, alat olahraga, tas dan lain sebagainya.
Pola hidup mandiri dengan mengarahkan anak untuk menjurus ke bidang-bidang tersebut, bisa juga dikatakan agar anak pada saat dewasa kelak bisa menghadapi realita dan kenyataan dengan mengandalkan kemampuan dirinya. Pola-pola ini berupa pola untuk mengarahkan anak agar mulai menghadapi realita tetapi dengan cara yang lebih lembut, karena bagaimana pun dunia anak-anak tetaplah dunia yang berbeda dengan dunia saat dewasa nantinya. Meski, tidak setiap anak memiliki latar belakang yang sama dan kondisi yang sama dalam kesehariannya.
Berniaga tidak pula selalu menyangkut hasil karya tangan sendiri, meski dalam berniaga hal sekecil apapun harus diperhatikan dan diketahui. Ketika misalnya seseorang yang melakukan perniagaan tetapi bukan dari hasil karyanya atau hasil tangannya sendiri, kalau di dunia yang sudah bukan lagi dunia anak, sebutlah pemilik galeri, impotir atau eksportir, pemilik supermarket, pemilik lahan perkebunan atau seseorang yang berniaga dengan memberikan modal yang disebut sebagai pemodal.
Intinya dalam mengajarkan pola hidup mandiri pada anak bisa melalui banyak cara dan banyak bidang yang justru kemudian akan memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan kata lain, bidang-bidang tersebut akan saling membutuhkan dalam penerapan atau pelaksanaannya baik produsen, konsumen dan distribusi.
Jadi, selamat mencoba menjadi saudagar cilik!. (djp).


Tidak ada komentar: