Saudagar Cilik
Dea Jiwapraja
Menerapkan pola pribadi mandiri pada
anak sejak usia dini, tidak hanya dalam bentuk pekerjaan rumah seperti belajar
mulai merapikan tempat tidur, mencuci sepatu sendiri di akhir pekan, menyiapkan
pakaian seragam atau pakaian sehari-hari sendiri setelah mandi, menyiapkan buku
pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah. Tetapi, bisa juga penerapannya dalam
bentuk mencari penghasilan sendiri. Tidak terkait dengan eskploitasi anak
karena anak melakukan penerapannya pun harus fun dan tidak mengganggu dunia yang sesuai dengan usianya. Melainkan,
menerapkan pemahaman untuk belajar menghargai hasil jerik payah sendiri
sehingga belajar hemat dan tidak boros.
Hasil yang diperoleh pun, tentu akan
menjadi kebahagiaan tersendiri. Karena melalui uang penghasilan tersebut, anak
bisa memiliki tabungan dengan uang hasil sendiri atau membeli barang yang
diinginkan dengan uang hasil kerja keras. Selain sebagai salah satu cara untuk
menerapkan pola hidup mandiri dan mengajarkan anak untuk menghargai hasil
kerja, dengan hasil dari keringat sendiri tersebut pun cukup mampu menumbuh
kembangkan pola pikir anak untuk bersikap aktif dalam mengambil sudut pandang
tidak hanya dari satu sisi.
Ada dua pilihan yang akan dihadapi
anak ketika beranjak dewasa, bekerja atau membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Meski, tidak menutup kemungkinan kalau keduanya bisa dijalani bersamaan atau
menyatukan keduanya. Begitu pula dengan maksud dalam menerapkan pola hidup
mandiri pada anak, tidak harus selalu melalui syarat rangking, nilai ujian atau
prestasi olahraga dan prestasi di bidang lainnya misalnya sebagai syarat yang
harus dipenuhi ketika anak menginginkan sesuatu. Tapi, bisa juga dengan
mengajarkan anak melalui perniagaan.
Dalam memulai penerapannya, tidak
selalu berniaga di bidang kuliner dan bukan berarti menjuruskan anak agar
senantiasa memiliki pemikiran untuk berdagang atau menjadi pedagang. Karena
poin utama yang ingin diterapkan pada anak tetap jangan sampai keluar dari
jalurnya yaitu menerapkan pola pikir mandiri, hemat dan belajar menghargai
hasil kerja keras, seperti misalnya dalam Market Day SDIT Ibnu Khaldun, Acara-acara
bazar di SMP & SMA, Koperasi Siswa (KopSis) SMA 1 Subang, dan kegiatan
sejenis lainnya.
Karena tidak melulu di bidang
kuliner, maka ada banyak sekali bidang yang bisa dijadikan pola penerapan untuk
mengajarkan anak dalam hal ini. Misalnya, dunia menggambar, menulis dan ilmu
pengetahuan. Contohnya saja di bidang menggambar, anak bisa diarahkan untuk
membuat gambar yang semakin rapi dan menarik sehingga hasilnya bisa dijual dan
dihargai.
Contoh di bidang lainnya, bagi anak
yang lebih senang bercerita atau menulis. Meski hanya dengan modal buku tulis
yang harganya tidak lebih dari lima ribu rupiah dan harga pensil atau pulpen
yang harganya tidak lebih dari tiga ribu rupiah, dengan modal yang tidak lebih
dari sepuluh ribu rupiah maka anak bisa menjual tulisan berupa cerita atau
hasil tulisan tangannya kepada teman-temannya. Lingkup yang lebih besar di
kedua bidang ini yaitu menulis dan menggambar, di usia dewasa hasil karya
berupa gambar dan tulisan tangan bisa disatukan dan dijual menjadi karya.
Sedangkan di bidang ilmu
pengetahuan, tidak se-spesifik ketiga contoh bidang yang telah dipaparkan
sebelumnya yaitu kuliner, menggambar dan menulis/bercerita. Karena ada banyak
bidang dalam cabang ilmu pengetahuan, seperti misalnya berdirinya Indutri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Laboratoriun penelitian hingga kini bisa
dijual berbagai macam parfum, serat tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan bahan
atau kain untuk membuat berbagai jenis pakaian, kulit hewan yang diproses tidak
hanya bisa menjadi bahan makanan tetapi bisa juga menjadi bahan pakaian, alat
olahraga, tas dan lain sebagainya.
Pola hidup mandiri dengan
mengarahkan anak untuk menjurus ke bidang-bidang tersebut, bisa juga dikatakan
agar anak pada saat dewasa kelak bisa menghadapi realita dan kenyataan dengan
mengandalkan kemampuan dirinya. Pola-pola ini berupa pola untuk mengarahkan
anak agar mulai menghadapi realita tetapi dengan cara yang lebih lembut, karena
bagaimana pun dunia anak-anak tetaplah dunia yang berbeda dengan dunia saat
dewasa nantinya. Meski, tidak setiap anak memiliki latar belakang yang sama dan
kondisi yang sama dalam kesehariannya.
Berniaga tidak pula selalu
menyangkut hasil karya tangan sendiri, meski dalam berniaga hal sekecil apapun
harus diperhatikan dan diketahui. Ketika misalnya seseorang yang melakukan
perniagaan tetapi bukan dari hasil karyanya atau hasil tangannya sendiri, kalau
di dunia yang sudah bukan lagi dunia anak, sebutlah pemilik galeri, impotir
atau eksportir, pemilik supermarket, pemilik lahan perkebunan atau seseorang
yang berniaga dengan memberikan modal yang disebut sebagai pemodal.
Intinya dalam mengajarkan pola hidup
mandiri pada anak bisa melalui banyak cara dan banyak bidang yang justru
kemudian akan memiliki keterkaitan satu sama lain. Dengan kata lain,
bidang-bidang tersebut akan saling membutuhkan dalam penerapan atau
pelaksanaannya baik produsen, konsumen dan distribusi.
Jadi, selamat mencoba menjadi
saudagar cilik!. (djp).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar