Boneka Wakil Rakyat ?
Dea Jiwapraja
Di
dalam Bahasa Jepang, ada dua istilah yang digunakan untuk profesi penerjemah
atau ada dua istilah yang digunakan dalam proses menterjemahkan yaitu
Tsuyakusha dan Honyakusha. Menurut Kamus Standar Bahasa Jepang Indonesia (KSBJ
– Taniguchi, Goro), Tsuyakusha -つやくしゃ-通訳者 berarti
penerjemah. Begitu pula dengan Honyakusha -ほんやくしゃ-翻訳者 yang
juga memiliki arti penerjemah.
Tsuyakusha
berasal dari kata 通訳する-つうやくする
yang artinya menerjemahkan, sedangkan kata Tsuyakusha itu sendiri didefinisikan
sebagai juru bahasa. Sementara kata Honyakusha yang berasal dari kata 翻訳する-ほんやくする yang juga memiliki makna yang serupa yaitu menerjemahkan.
Tetapi, definisinya lebih condong kepada definisi menguraikan.
Sebagai
penerjemah Bahasa Jepang pemula, menerjemahkan di dunia kerja memiliki
perbedaan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan soal-soal terjemahan
selama masih duduk di bangku kuliah. Terutama dalam Bahasa Jepang, karena
Bahasa Jepang memiliki cara penulisan yang berbeda yaitu menggunakan huruf
Kanji. Meski tidak hanya Bahasa Jepang yang memiliki cara penulisan yang
berbeda, seperti misalnya Bahasa Arab, China, Korea, India, dan lain
sebagainya.
Selain
itu, proses penerjemahannya pun dilakukan lebih dari satu tahapan. Dimana
tahapan pertama adalah menerjemahkan Kanji atau dengan kata lain, penerjemah
harus tahu lebih dulu cara membaca huruf Kanjinya. Setelah mengetahui dan
memahami, barulah data diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau bahasa
lainnya.
Sedangkan
huruf Kanji sendiri terbagi menjadi dua jenis atau dua kelompok yaitu Kanji
Tunggal dan Kanji Majemuk. Contoh konkrit kedua jenis kanji tersebut, misalnya kata
Hana & Mizu dan kata Hanamizu. Kata Hana-はな
menurut Kamus Standar Bahasa Jepang Indonesia (Taniguchi, Goro) memiliki makna
Bunga, Hidung dan Permulaan/Ujung apabila ketiganya ditulis tanpa menggunakan
huruf Kanji. Sedangkan kata Mizu memiliki makna Air, dengan atau tanpa
penulisan menggunakan huruf Kanji.
Sementara
kata Hana-mizu yang merupakan bagian dari jenis Kanji Majemuk, apabila
disatukan atau dipisahkan cara menerjemahkannya tentu memiliki makna yang
berbeda. Terutama apabila ditulis tanpa menggunakan huruf Kanji. Kata Hana dan
kata Mizu apabila dimaknai secara terpisah, berdasarkan Kanji tunggal tentu
akan memiliki Bunga Air – Bunga Hidung dan Bunga Permulaan/Ujung. Sedangkan
makna Hana-mizu itu sendiri sebenarnya adalah Air Hidung atau Ingus.
Penulisan
kata Hana-mizu apabila tanpa menggunakan huruf Kanji, terkadang akan menjadi
rancu untuk diterjemahkan terkecuali kata tersebut telah menjadi bagian dari
kalimat. Begitu pula dengan kata-kata lainnya, dimana sebaiknya ditulis dengan
menggunakan huruf Kanji guna menghindari kesalahan penerjemahan ke dalam bahasa
asing lainnya.
Hana-mizu,
berasal dari kata Hana yang berarti hidung dan kata Mizu yang berarti Air.
Sehingga Hana-mizu sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf Kanji, yaitu 鼻水-はなみず-Hanamizu.
Disamping
sebagai penerjemah bahasa asing pemula, dimana hampir sebagian orang mengatakan
bahwa menerjemahkan bahasa asing harus sangat-sangat memiliki ketelitian. Terutama, bahasa asing yang memiliki jenis
huruf sendiri. Karena salah satu huruf atau satu coretan pun maknanya akan
berbeda, seperti misalnya dalam penulisan huruf konsonan わ-れ-ね
(Wa-Re-Ne). Begitu pula dalam penerjemahan Bahasa
Ibu atau Bahasa Indonesia, tidak semua bisa diterjemahkan atau diartikan begitu
saja.
Apabila
dalam penerjemahan Bahasa Jepang dimana kata tersebut tanpa menggunakan huruf
Kanji sebaiknya lebih dulu dilihat kalimat atau konteks kata tersebut
digunakan, pun dalam Bahasa Indonesia. Karena dalam penerjemahan bahasa, baik
dari bahasa satu ke dalam bahasa asing lainnya, penerjemahan pun bisa dilakukan
dalam bahasa yang sama. Tidak hanya dalam Bahasa Indonesia, karena dalam bahasa
asing pun kata- frasa-kalimat memiliki pula atau dipelajari pula makna kiasan.
Contoh
konkrit penerjemahan dalam satu bahasa, atau menerjemahkan Bahasa Indonesia ke
dalam Bahasa Indonesia. Sebutlah berkaitan dengan ramainya pemberitaan
belakangan ini di bidang politik dan pemerintahan yang sering terdengar istilah
“Boneka Wakil Rakyat!”, dimana kata atau frasa tersebut pun akan memiliki makna
yang berbeda apabila cara menerjemahkannya mengikuti pola penerjemahan kata
Hana-mizu. Karena kata atau frasa tersebut tidak berdasarkan kalimat dan
konteks situasi yang mengikutinya, maka apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa
yang sama berdasarkan makna yang tertulis di dalam kamus, artinya pun akan
berbeda.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Boneka adalah tiruan anak untuk permainan
atau anak-anakan. Sedangkan Wakil Rakyat adalah orang-orang yang duduk sebagai
anggota badan perwakilan rakyat atau utusan rakyat. Jadi, apabila disatukan
penerjemahannya seperti dalam penerjemahan kata Hana-mizu maka “Boneka Wakil
Rakyat” akan bermakna tiruan anak untuk permainan berupa orang-orang utusan
rakyat.
Contoh
konkrit lainnya penerjemahan dalam bahasa yang sama di dalam Bahasa Jepang, 買い被って考えていること-かいかぶってかんがえていること-Kaikabutte
Kangaete Iru Koto. Kata 買い-かい-Kai
berasal dari kata 買う-かう-Kau yang berarti
membeli, Kata 被る-かぶる-Kaburu berarti memakai.
Sedangkan 考えている-かんがえている-Kangaeteiru berarti
berpikir atau memikirkan dan こと-Koto
bermakna perisitiwa atau keadaan.
Sehingga
apabila disatukan berdasarkan makna secara terpisah maka, 買い被って考えていること-かいかぶってかんがえていること-Kaikabutte
Kangaete Iru Koto memiliki makna keadaan berpikir untuk membeli dan dipakai.
Sedangkan makna berdasarkan kamus, artinya berupa keadaan dimana
menilai/menaksir secara berlebih-lebihan.
Menarik
kesimpulan atau inti dalam proses menerjemahkan sebagai penerjemah pemula,
tidak hanya dalam penerjemahan dua bahasa yang berbeda. Penerjemahan dalam bahasa
yang sama pun, ketika salah menerjemahkan maka maknanya pun akan berbeda dengan
makna yang seharusnya. Baik dalam penerjemahan Bahasa Jepang ke dalam Bahasa
Jepang, maupun penerjemahan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Indonesia.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar