Sabtu, 22 April 2017

Yunani Kuno / Pemerintahan / Athena


Athena adalah sebuah kota di Yunani tengah yang sudah dihuni orang sejak lama karena memiliki pelabuhan di dekatnya (Piraios) dan bukit curam yang menjadikan kota ini mudah dipertahankan.

Daftar isi



Theseus

 Monarki

Athena sudah menjadi kota yang penting pada Zaman Perunggu Akhir, dan kota juga muncul dalam Iliad karya Homeros sebagai kerajaan yang dipimpin oleh Theseus.
Hampir pasti bahwa ada istana Mykenai di Akropolis, dan banyak tembikar Mykenai telah ditemukan di Athena. Pada Zaman Kegelapan, Athena mengalami kemunduran seperti kota-kota Yunani lainnya, dan istana yang lama mulai diabaikan, akan tetapi Athena tidak pernah dijarah oleh penyerang, tak seperti kota Sparta atau Korinthos.

Oligarki

Pada periode Arkaik awal, sekitar tahun 900 SM, Athena mulai berkembang kembali. Orang Athena menerapkan sistem pemerintahan baru, yaitu oligarki, yang mana sekelompok pria kaya berkumpul dan membuat hukum serta menentukan segalanya.
Selama periode Arkaik, sistem pemerintahan nampaknya berat terhadap rakyat jelata, dan lebih memihak orang kaya. Pada tahun 621 SM Drako menjabat sebagai arkhon dalam pemerintahan Athena. Drako adalah orang kaya, bagian dari oligarki. Dia memerintahkan budak-budaknya untuk menuliskan hukum, supaya semua orang tahu hukum apa yang berlaku dan supaya orang kaya dalam oligarki tidak dapat lagi membuat hukum sesuka hatinya. Namun isi hukumnya masih berat sebelah. Hukumnya menyatakan bahwa orang miskin dapat dihukum mati bahkan atas kejahatan ringan, misalnya mencuri makanan. Hukum ini juga menerapkan hukuman yang yang berbeda-beda bagi orang kaya dan orang miskin. Jika seorang perempuan miskin berutang pada seorang pria kaya dan tak mampu mmebayarnya, maka dia dapat dijadikan budak untuk membayar utangnya, namun jika seorang pria kaya berutang pada perempuan miskin dan tak mampu membayarnya, maka hukumannya lebih ringan.

 
Solon

Rakyat Athena merasa tidak puas dengan hukum tertulis tersebut, mereka menilainya tak adil. Akhirnya pada tahun 594 SM, oligarki Athena memilih orang kaya lainnya, Solon, untuk memperbaiki pemerintahan. Para anggota oligarki meminta Solon untuk membuat hukum yang dapat memuaskan rakyat kecil namun tetap menjaga kekuasaan berada di tangan pemerintahan oligarki.
Solon mengubah hukum sehingga orang miskin tak dapat dijadikan budak hanya karena tak dapat membayar utang. Dia menghapuskan sejumlah utang dan membagikan lahan kepada banyak orang miskin. Dia juga mengubah hukum sehingga orang hanya dapat dihukum mati jika melakukan pembunuhan.
Di bawah kekuasaan Solon, para orang kaya dalam oligarki tetap memiliki sebagian besar tanah mereka dan memegang sebagian besar kekuasaan. namun dia membentuk sebuah Majelis, yang di dalamnya semua warga dapat datang dan memberikan suara pada pertanyaan yang penting. Dia juga memutuskan bahwa jabatan hakim diberikan melalui undian, sehingga orang miskin pun dapat menjadi hakim. Akan tetapi dia tidak mengizinkan perempuan masuk ke Majelis ataupun menjadi hakim. Dia melarang orang tua menganiaya anak. Untuk sementara waktu, hukum ini berjalan dengan baik, orang miskin merasa puas dan orang kaya tetap berkuasa.
Pada awalnya rakyat senang dengan perubahan yang dibuat Solon. Mereka memperoleh kembali lahan mereka, mereka tidak perlu takut jika tak mmapu membayar utang, mereka tidak perlu takut dihukum mati jika melakukan kesalahan kecil, dan para pria miskin dapat menjadi hakim dan memilih di Majelis.

Tirani

Rakyat tidak merasa senang dalam waktu yang lama. Mereka mulai kehilangan lahan mereka dan terpaksa berutang kembali. Keadaan bertambah parah ketika Athena mengalami banyak pertempuran melawan musuh. Pada tahun 560 SM, seorang pria kaya bernama Peisistratos memberitahu rakyat bahwa jika mereka bersedia mendukungnya menjadi tiran, dia akan membantu menyelesaikan semua permasalahan mereka dan tidak akan memihak golongan kaya. Rakyat setuju dan akhirnya Peisistratus berhasil memperoleh kekuasaan lebih dari golongan kaya di Athena, dan memperoleh kendali atas kota Athena.
Peisistratos bertugas dengan baik sebagai tiran, meskipun para orang kaya berusaha menyingkirkannya karena mereka ingin kembali berkuasa dalam oligarki. Peisistratos memberlakukan pajak yang sama bagi setiap orang (pada awalnya orang kaya dibebani pajak yang lebih ringan), dan dia juga mengatur supaya pemerintah memberikan pinjaman dengan bunga yang wajar kepada para petani sehingga mereka tak perlu lagi berutang kepada orang kaya. Peisistratos menggunakan uang pajak untuk membangun jalan, air mancur umum, kuil, dan banyak sarana umum lainnya. Dia juga berhasil menang melawan Thebes di utara dan Korinhtos di selatan.

 
  Harmodios dan Aristogeiton

Setelah Peisistratos meninggal pada tahun 528 SM, putranya Hippias (dan kemungkinan kakaknya juga, Hipparkhos) menjadi tiran. Dua pemuda kaya bernama Harmodios dan Aristogeiton ingin menjadikan oligarki berkuasa kembali, dan mereka pun berusaha membunuh Hippias dan Hipparkhos pada festival keagamaan perayaan kelahiran dewi Ahena pada tahun 514 SM. Mereka hanya berhasil mmbunuh Hipparkhos, namun Hippias menjadi lebih jahat dan mencurigakan, sehingga pada tahun 508 SM rakyat Athena memutuskan bahwa Hippias juga harus disingkirkan. Para Alkmaeonid menyuap para pendeta di Delphi untuk menyuruh orang Sparta menggulingkan Hippias. Sparta pun turun tangan dan Hippias melarikan diri ke Persia. Ini adalah akhir kekuasaan tiran di Athena.

Demokrasi

Dengan perginya Hippias dan berakhirnya kekuasaan tiran, pemimpin keluarga Alkmaeonid, yaitu Kleisthenes, mulai menjadikan sistem politiknya sendiri berkuasa. Kleisthenes ingin berkuasa, namun dia tak mau Athena kembali dipimpin oleh tiran. Alih-alih, dia ingin rakyat jelata di Athena merasa bahwa ini memang pemerintahan mereka, dan bahwa mereka dapat mengubah hal tak mereka suka dengan cara memilih dan bukannya berperang. Maka Kleisthenes menciptakan sistem demokrasi.

 
Pnyx

Dalam demokrasi Athena, pria biasa dapat ikut menentukan semua keputusan penting terkait Athena, misalnya apakah Athena harus berperang. Rakyat berkumpul di Majelis (Ekklesia), di sebuah bukit di Athena yang disebut Pnyx. Majelis ini tidak boleh dihadiri oleh perempuan, budak, anak-anak, dan orang asing. Penetapan keputusan apapun baru boleh dilakukan setelah sekitar 6000 pria berkumpul di Ekklesia. Mereka berkumpul sekitar sebulan sekali, kecuali dalam keadaan darurat.
Rakyat Athena juga memilih lima ratus pria setiap tahun melalui undian untuk masuk dalam Dewa Lima Ratus atau Boule, yang melakukan rapat lebih sering dan membahas hal-hal yang agak tak lebih penting. Boule bertugas mengajukan hukum baru kepada Majelis, mengawasi pelaksanaan hukum yang berlaku, mengelola sarana umum seperti jalan, stoa, dan kuil, serta mengurusi penyediaan kapal dalam angkatan laut Athena.
Rakyat Athena juga memilih beberapa pejabat untuk mengelola urusa tertentu. Sembilan orang pria dipilih melalui undian untuk menjadi arkhon. Pada masa Kleisthenes dan setelahnya, arkhon bertugas terutama untuk mengelola urusan keagamaan seperti menyelenggarakan kurban umum.

Perikles

Setahun sekali, Majelis juga memilih sepuluh pria untuk menjadi strategos (jenderal). Pada awalnya para strategos hanya bertugas memimpin angkatan darat dan angkatan laut Athena. Namun pada masa Perang Peoloponnesos, mereka ikut terlibat dalam pemerintahan. Beberapa strategos yang terkenal adalah Perikles, Themistokles, dan Alkibiades.
Bagian lainnya dala sistem demokrasi Athena adalah sistem peradilan. Setiap pria dapat secara sukarela menjadi juri. Diperlukan enam ribu sukarelawan setiap tahunnya. Setiap harinya, dipilih lima ratus pria sebagai juri dalam persidangan. Para juri menetapkan putusan dalam suatu kasus melalui pemungutan suara. Terdakwa tidak dapat mengajukan banding. Juri di Athena tidak hanya mengurusi kasus pidana dan perdata, melainkan juga menentukan layak atau tidaknya hukum yang diloloskan oleh Majelis.
Demokrasi Athena amat terguncang oleh Perang Peloponnesos, yang bermula pada tahun 441 SM. Ketika Athena mulai mengalami kekalahan atas Sparta, beberapa orang termasuk Sokrates dan Plato, merasa bahwa Athena harus meninggalkan demokrasi dan kembali menerapkan oligarki. Alkibiades, yang masih kerabat Kleisthenes, ingin tetap menggunakan demokrasi. Ketika keadaan semain parah, rakyat Athena kembali mencoba menerapkan oligarki namun keadaa tak juga membaik, dan pada tahun 404 SM Athena benar-benar kalah dalam perang itu.
Setelah perang usai, Athena kembali menerapkan demokrasi, dan pemerintah Athena menghukum mati Sokrates karena pemikirannya dianggap meracuni kaum muda. Pada tahun 300-an SM, Athena masih menggunakan demokrasi meski tak sekuat dulu. Ketika raja Phillipos dari Makedonia menyerang Athena, pasukan Athena tak mampu mempertahankan kota dan pada akhirnya Athena jatuh dalam kekuasaan Makedonia.

Monarki

 
  Reruntuhan Agora Romawi di kota Athena

Dengan takluknya Athena oleh Makedonia, Athena menjadi dikuasai oleh Makedonia, yang menerapkan monarki. Pertama-tama rajanya adalah Philippos, kemudian digantikan oleh putranya Aleksander, dan kemudian ada banyak raja Hellenistik. Di dalam kota Athena, Majelis dan Dewan Lima Ratus masih tetap melakukan rapat, para juri masih tetap menetapkan putusan peradilan, dan Majelis masih tetap memilih startegos, namun mereka hanya dapat mengatur urusan dalam kota Athena, itupun harus dengan persetujuan raja Makedonia.
Seratus lima puluh tahun kemudian, Romawi menaklukan Yunani, dan Athena jatuh dalam kekuasaan Republik Romawi. Demokrasi tetap berlangsung di dalam kota Athena, namun lagi-lagi rakyat Athena hanya dapat mengatur segala urusan sesuai persetujuan gubernur Romawi yang bertugas di Yunan. Ketika Augustus berkuasa di Romawi, Athena menjadi bagian dari Kekasiaran Romawi, sehingga mereka kini dipimpin oleh kaisar. Sejak tahun 1400-an, Yunani, termasuk Athena, dikuasai oleh Utsmaniyah, yang dipimpin oleh sultan.



Selasa, 18 April 2017

Boneka Wakil Rakyat ?



Boneka Wakil Rakyat ?

Dea Jiwapraja

Di dalam Bahasa Jepang, ada dua istilah yang digunakan untuk profesi penerjemah atau ada dua istilah yang digunakan dalam proses menterjemahkan yaitu Tsuyakusha dan Honyakusha. Menurut Kamus Standar Bahasa Jepang Indonesia (KSBJ – Taniguchi, Goro), Tsuyakusha -つやくしゃ-通訳者 berarti penerjemah. Begitu pula dengan Honyakusha -ほんやくしゃ-翻訳者 yang juga memiliki arti penerjemah.
Tsuyakusha berasal dari kata 通訳する-つうやくする yang artinya menerjemahkan, sedangkan kata Tsuyakusha itu sendiri didefinisikan sebagai juru bahasa. Sementara kata Honyakusha yang berasal dari kata 翻訳する-ほんやくする  yang juga memiliki makna yang serupa yaitu menerjemahkan. Tetapi, definisinya lebih condong kepada definisi menguraikan.
Sebagai penerjemah Bahasa Jepang pemula, menerjemahkan di dunia kerja memiliki perbedaan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan soal-soal terjemahan selama masih duduk di bangku kuliah. Terutama dalam Bahasa Jepang, karena Bahasa Jepang memiliki cara penulisan yang berbeda yaitu menggunakan huruf Kanji. Meski tidak hanya Bahasa Jepang yang memiliki cara penulisan yang berbeda, seperti misalnya Bahasa Arab, China, Korea, India, dan lain sebagainya.
Selain itu, proses penerjemahannya pun dilakukan lebih dari satu tahapan. Dimana tahapan pertama adalah menerjemahkan Kanji atau dengan kata lain, penerjemah harus tahu lebih dulu cara membaca huruf Kanjinya. Setelah mengetahui dan memahami, barulah data diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau bahasa lainnya.
Sedangkan huruf Kanji sendiri terbagi menjadi dua jenis atau dua kelompok yaitu Kanji Tunggal dan Kanji Majemuk. Contoh konkrit kedua jenis kanji tersebut, misalnya kata Hana & Mizu dan kata Hanamizu. Kata Hana-はな menurut Kamus Standar Bahasa Jepang Indonesia (Taniguchi, Goro) memiliki makna Bunga, Hidung dan Permulaan/Ujung apabila ketiganya ditulis tanpa menggunakan huruf Kanji. Sedangkan kata Mizu memiliki makna Air, dengan atau tanpa penulisan menggunakan huruf Kanji.
Sementara kata Hana-mizu yang merupakan bagian dari jenis Kanji Majemuk, apabila disatukan atau dipisahkan cara menerjemahkannya tentu memiliki makna yang berbeda. Terutama apabila ditulis tanpa menggunakan huruf Kanji. Kata Hana dan kata Mizu apabila dimaknai secara terpisah, berdasarkan Kanji tunggal tentu akan memiliki Bunga Air – Bunga Hidung dan Bunga Permulaan/Ujung. Sedangkan makna Hana-mizu itu sendiri sebenarnya adalah Air Hidung atau Ingus.
Penulisan kata Hana-mizu apabila tanpa menggunakan huruf Kanji, terkadang akan menjadi rancu untuk diterjemahkan terkecuali kata tersebut telah menjadi bagian dari kalimat. Begitu pula dengan kata-kata lainnya, dimana sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf Kanji guna menghindari kesalahan penerjemahan ke dalam bahasa asing lainnya.
Hana-mizu, berasal dari kata Hana yang berarti hidung dan kata Mizu yang berarti Air. Sehingga Hana-mizu sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf Kanji, yaitu 鼻水-はなみず-Hanamizu.
Disamping sebagai penerjemah bahasa asing pemula, dimana hampir sebagian orang mengatakan bahwa menerjemahkan bahasa asing harus sangat-sangat memiliki ketelitian.  Terutama, bahasa asing yang memiliki jenis huruf sendiri. Karena salah satu huruf atau satu coretan pun maknanya akan berbeda, seperti misalnya dalam penulisan huruf konsonan わ-れ-ね (Wa-Re-Ne). Begitu pula dalam penerjemahan Bahasa Ibu atau Bahasa Indonesia, tidak semua bisa diterjemahkan atau diartikan begitu saja.
Apabila dalam penerjemahan Bahasa Jepang dimana kata tersebut tanpa menggunakan huruf Kanji sebaiknya lebih dulu dilihat kalimat atau konteks kata tersebut digunakan, pun dalam Bahasa Indonesia. Karena dalam penerjemahan bahasa, baik dari bahasa satu ke dalam bahasa asing lainnya, penerjemahan pun bisa dilakukan dalam bahasa yang sama. Tidak hanya dalam Bahasa Indonesia, karena dalam bahasa asing pun kata- frasa-kalimat memiliki pula atau dipelajari pula makna kiasan.
Contoh konkrit penerjemahan dalam satu bahasa, atau menerjemahkan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Indonesia. Sebutlah berkaitan dengan ramainya pemberitaan belakangan ini di bidang politik dan pemerintahan yang sering terdengar istilah “Boneka Wakil Rakyat!”, dimana kata atau frasa tersebut pun akan memiliki makna yang berbeda apabila cara menerjemahkannya mengikuti pola penerjemahan kata Hana-mizu. Karena kata atau frasa tersebut tidak berdasarkan kalimat dan konteks situasi yang mengikutinya, maka apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa yang sama berdasarkan makna yang tertulis di dalam kamus, artinya pun akan berbeda.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Boneka adalah tiruan anak untuk permainan atau anak-anakan. Sedangkan Wakil Rakyat adalah orang-orang yang duduk sebagai anggota badan perwakilan rakyat atau utusan rakyat. Jadi, apabila disatukan penerjemahannya seperti dalam penerjemahan kata Hana-mizu maka “Boneka Wakil Rakyat” akan bermakna tiruan anak untuk permainan berupa orang-orang utusan rakyat.
Contoh konkrit lainnya penerjemahan dalam bahasa yang sama di dalam Bahasa Jepang, 買い被って考えていること-かいかぶってかんがえていること-Kaikabutte Kangaete Iru Koto. Kata 買い-かい-Kai berasal dari kata 買う-かう-Kau yang berarti membeli, Kata 被る-かぶる-Kaburu berarti memakai. Sedangkan 考えている-かんがえている-Kangaeteiru berarti berpikir atau memikirkan dan こと-Koto bermakna perisitiwa atau keadaan.
Sehingga apabila disatukan berdasarkan makna secara terpisah maka, 買い被って考えていること-かいかぶってかんがえていること-Kaikabutte Kangaete Iru Koto memiliki makna keadaan berpikir untuk membeli dan dipakai. Sedangkan makna berdasarkan kamus, artinya berupa keadaan dimana menilai/menaksir secara berlebih-lebihan.
Menarik kesimpulan atau inti dalam proses menerjemahkan sebagai penerjemah pemula, tidak hanya dalam penerjemahan dua bahasa yang berbeda. Penerjemahan dalam bahasa yang sama pun, ketika salah menerjemahkan maka maknanya pun akan berbeda dengan makna yang seharusnya. Baik dalam penerjemahan Bahasa Jepang ke dalam Bahasa Jepang, maupun penerjemahan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Indonesia.

***

Cerita Rakyat



Cerita Rakyat

Dea Jiwapraja

Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat, tidak jarang menjadi penyebab berkurangnya minat membaca terutama di kalangan anak-anak usia sekolah dasar. Begitu pula dengan terus membludaknya cerita-cerita kekinian yang berasal dari luar, maka tidak sedikit anak-anak yang tidak mengenal cerita rakyat yang biasanya menjadi dongeng sebelum tidur.
Dengan kata lain, dalam hal ini pun terjadi persaingan yang sangat ketat dari hari ke hari. Karena termasuk hal yang cukup sulit untuk diberikan pembatasan, maka menjadi penyeimbang bisa dijadikan salah satu solusinya. Bukan hanya tentang ceritanya saja, tapi juga tentang bagaimana menceritakannya.
“Apa itu Cerita Rakyat?”
Cerita rakyat merupakan bagian dari kekayaan budaya yang dimiliki setiap bangsa, begitu pula dengan bangsa kita. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dan berkembang di masyarakat yang disampaikan secara turun-temurun dan biasanya secara lisan tanpa diketahui pengarangnya.
Dalam cerita rakyat yang menjadi tokoh utama biasanya tidak selalu manusia, tapi bisa juga tokoh utamanya berupa hewan, tumbuhan, dewa dan lain-lain. Fungsi cerita rakyat adalah untuk menyampaikan pesan moral dengan cara tidak langsung, agar anak mulai belajar menyimak.
Ada banyak jenis cerita rakyat, baik cerita yang hanya berupa kisah fiktif, cerita yang menjadi bagian dari sejarah, cerita yang diambil kisahnya berdasarkan bukti nyata atau dengan kata lain menceritakan asal muasal. Beberapa diantara cerita rakyat yang berupa dongeng,  terbagi-bagi lagi menjadi beberapa jenis seperti legenda, mitos, sage, fabel, parabel, hikayat, tambo, cerita jenaka, dan lain sebagainya.
Sebagian pendapat mengatakan bahwa cerita rakyat berbeda dengan dongeng, meski ada pula yang menyatakan bahwa dongeng pun merupakan bagian dari cerita rakyat. Berikut definisinya :
1.      Cerita Rakyat
Cerita Rakyat adalah prosa / kisah / jenis cerita tradisional di masa lampau yang dianggap benar-benar terjadi di masyarakat dan mengandung pesan moral serta cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Baik mengisahkan tentang suatu kejadian atau mengenai asal-muasal tempat, dengan tokoh-tokoh tidak hanya manusia tapi bisa juga memunculkan tokoh utama dewa, binatang maupun tumbuhan.
Cerita rakyat ciri-cirinya : disampaikan secara turun-temurun secara lisan, tidak diketahui pengarangnya, memiliki nilai-nilai luhur, bersifat tradisional, memiliki versi yang berbeda di setiap daerah, terkadang tidak bisa diterima logika. Cerita rakyat bahkan mengalami perubahan pula seiring pekembangan zaman. Contoh yang termasuk dalam kategori cerita rakyat diantaranya : Bawang Merah & Bawang Putih, Timun Mas.
2.      Dongeng
Dongeng adalah cerita khayalan luar biasa (fiktif) yang berkembang di masyarakat dan dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng hampir sama dengan cerita rakyat, dalam penyampaiannya berisikan pesan moral yang mendidik tapi juga menghibur.
Dalam penulisannya dongeng menggunakan cara penyampaian yang sederhana, secara singkat dan bergerak cepat. Penulisannya pun disampaikan dengan gaya penulisan lisan dan langsung pada topik yang ingin disampaikan. Struktur dongeng pun hanya terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, isi & penutup dan biasanya diakhiri dengan akhir yang bahagia. Contohnya : Dongeng Si Kancil.
3.      Legenda
Legenda merupakan kebalikan dari dongeng, dimana legenda berupa cerita yang berkembang di masyarakat dan dianggap sebagai cerita juga peristiwa yang benar-benar terjadi. Dengan kata lain, legenda disebut sebagai cerita zaman dulu yang menceritakan asal-usul sebuah tempat dan terjadinya sebuah peristiwa.
Legenda pun bisa dikatakan merupakan perpaduan kisah fiktif tapi menjadi bagian dari sejarah peristiwa, pelaku maupun tempat. Legenda terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu : (1.) Legenda keagamaan, contohnya: Cerita Sunan Kalijaga, (2.) Legenda Kegaiban, contohnya: Cerita Kerajaan Laut Kidul, (3.) Legenda perseorangan, contohnya: contohnya: Si Pitung & Nyai Dasima, (4.) Legenda lokal, contohnya: Roro Jongrang.
4.      Mitos
Berbeda dengan legenda dan cerita rakyat, meski mitos pun sama merupakan cerita yang berkembang di masyarakat dan menceritakan peristiwa. Hanya saja mitos menggunakan cara penyampaian bergaya yang sedikit berlebihan dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya atau dengan kata lain berupa khayalan seperti dongeng.
Selain itu, mitos pun dipercaya sebagai ajaran nenek moyang tentang hal yang tidak boleh dilakukan agar sesuatu hal tidak menimpa suatu daerah. Mitos termasuk kategori cerita aneh atau tidak masuk akal karena tidak bisa kita temui dalam keseharian dan terkadang sulit dipahami. Seperti misalnya : Cerita Jaka Tarub.
5.      Hikayat
Hikayat adalah jenis karya sastra lama yang berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang dan silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, historis atau gabungan sifat-sifat itu untuk pelipur lara dan pembangkit semangat juang. Salah satu ciri hikayat yaitu bersifat istana sentris.
6.      Fabel
Fabel adalah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang menyerupai manusia. Selain hewan, fabel pun berisi tokoh-tokoh tumbuhan, benda-benda tak bergerak yang digambarkan memiliki kemampuan seperti manusia seperti berjalan, berbicara dan tertawa. Termasuk pula cerita tentang peri-peri.
Tujuan fabel untuk memberikan pelajaran moral kepada anak-anak melalui symbol binatang, agar mencontoh yang baik tidak mencontoh yang tidak baik. Contohnya : Cerita Kelinci & Kura-kura.
7.      Sage
Sage adalah dongeng kepahlawanan, kesaktian, keberanian seseorang atau sihir seperti dongeng. Sage termasuk kategori cerita sejarah yang sudah bercampur dengan fantasy rakyat. Contohnya: Cerita Patih Gajah Mada.
8.      Parabel
Parabel adalah cerita yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contohnya : Cerita Malin Kundang.
9.      Cerita Jenaka & Cerita Pelipur Lara
Cerita jenaka merupakan bagian cerita rakyat yang berunsur jenaka atau lucu sehingga dapat membangkitkan jiwa. Ceritanya berdasarkan kehidupan sehari-hari pelaku dan alurnya pun berpusat pada kelakukan pelaku, contohnya : Si Kabayan.
Sedangkan, Cerita pelipur lara merupakan sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan yang bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. “Pelipur lara” sendiri dalam masyarakat adalah seorang ahli cerita yang pandai memikat dan menarik perhatian orang yang mendengarkan, sehingga dapat menghibur hati, dikatakan “Pelipur lara” itu karena melagukan ceritanya.
10.  Cerita Perumpamaan
Cerita perumpaan adalah bentuk dongeng yang mengandung kiasan atau seperti saran. Berupa cerita lokal yang tumbuh dan berkembang di daerah, contohnya : Cerita sebatang pensil & Cerita Pak Tua dan Kereta.
11.  Folklor
Folklor adalah kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara turun temurun baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat dan alat bantu pengingat tetapi tidak dibukukan. Folklor bersifat anonym dan tradisional, memiliki fungsi penting dalam kehidupan masyarakat seperti sebagai sarana hiburan atau pendidikan.
Folklor terbagi tiga, yaitu : (1.) Folklor lisan, seperti misalnya : Dialek, Lagu-lagu daerah & Pribahasa, (2.) Folklor sebagian lisan, seperti misalnya : Permainan rakyat, Upacara adat, (3.) Folklor bukan lisan, seperti misalnya : Prasasti, Pakaian tradisional, makanan & minuman tradisional.
12.  Tambo
Tambo adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta karena selain berisikan peristiwa sejarah, tambo juga berisikan silsilah raja & aturan adat.
Selain ke-12 klasifikasi tersebut, tentu masih sangat banyak jenis cerita rakyat yang menjadi bagian dari kekayaan bangsa warisan leluhur. Meskipun begitu, menghidupkannya kembali dan mencegahnya dari kepunahan dengan cara mengenalkan cerita-cerita tersebut kepada anak bisa menjadi salah satu solusi penyeimbang. (djp/data diolah dari berbagai sumber)