Kamis, 11 Agustus 2016

Kota Batik – 4



 Silence : Keyword, Message, A Word, Part of Life, Unemptyness, Part of Verb?, Air and Fresh air, No Sound? Noone...
Seperti suara mesin tik yang terdengar di tengah keheningan malam. Tak ada sahutan, bak pembicara tanpa perlu respon dan sahutan.

Aku masih duduk bersama dengan  penumpang lainnya, meski telah melintasi perbatasan sebagai penanda masuk kota ini tapi bagiku sampai ¼ bagiannya pun belum. Setiap individu aku rasa tahu dan bisa merasakan berada dalam situasi “Terasa sangat jauh, karena belum terbiasa!”.
Seolah seperti masih meraba sambil mengingat letak setiap tempat, hingga akhirnya semua menjadi tak lagi terasa lama. Dengan kata lain “Sudah terbiasa, sehingga terasa dekat!”.
Titik hujan perlahan berhasil menyapu debu dari balik kaca, tangan kananku melap tanpa tenaga sedikit bagian kaca yang mulai berembun dengan menggunakan sehelai tisu yang kuambil dari saku celana agar aku tetap bisa memandang apa saja yang akan menjadi bagian dari keseharianku mulai saat ini hingga waktu yang ... ... ... aku masih belum tahu berapa lama. Apakah akan seperti selama saat aku menghuni flat 345 bersama Nek Sumi dan yang lainnya? Itu semua bergantung dengan penempatan pimpinan perusahaan tempatku bekerja.
Morning Compass, sudah tak lagi menjadi bagian dari bahan liputanku.
Morning Compass di tempat ini berganti menjadi Daily Compass, dengan keseluruhan rekan kerja yang tak lagi sama.
Silence – Hening – Pekerja – Bekerja – Diam dan Malam, hingga awal kehidupan dimulai kembali meski tanpa sapaan pagi dari Nek Sumi. Namun, roti selai kacang akan selalu menemaniku.
 

Tidak ada komentar: